INTEGRITY AND WOUND
HEALING
(INTEGRITAS DAN
PERAWATAN LUKA)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK
6
FITRIYANI (04121003028)
MITRA YUNI RATNASARI (04121003029)
ARNELIA PUTRI (04121003030)
OKTA VERIDA ANDRIANI (04121003031)
RINI DIANA SARI (04121003032)
DOSEN
PEMBIMBING : Nurna Ningsih S.Kp., Ns., M.Kep
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2014 –
2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................... 1
BAB
1 PENDAHULUAN............................................................................................... 2
1.1 LATAR
BELAKANG................................................................................................ 2
1.2 RUMUSAN
MASALAH.......................................................................................... 3
1.3
TUJUAN.............................................................................................................. 3
BAB
2 PEMBAHASAN................................................................................................. 4
2.1
FISIOLOGI KULIT................................................................................................... 4
2.2
KLASIFIKSI LUKA................................................................................................... 4
2.3
DEFINISI PENYEMBUHAN LUKA............................................................................. 7
2.4
TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA...................................................................... 9
BAB
3 PENUTUP......................................................................................................... 11
3.1
KESIMPULAN....................................................................................................... 11
3.2
SARAN................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul INTEGRITY
AND WOUND HEALING.
Makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING merupakan
tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 2.
Melalui makalah yang berjudul INTEGRITY AND
WOUND HEALING ini yang diharapkan dapat menunjang nilai penulis di
dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 2. Selain itu, dengan hadirnya
makalah ini dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi
pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Heriawati, selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh
pihak yang terlibat di dalam penulisan makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING ini.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak
kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima Kasih
Penulis
Kelompok
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka adalah
rusak atau hilangnya
jaringan tubuh yang
terjadi karena adanya
suatu faktor yang mengganggu
sistem perlindungan tubuh.
Faktor tersebut seperti
trauma, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan
listrik, atau gigitan
hewan. Bentuk dari luka berbeda
tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka terbuka
adalah insisi dimana
terdapat robekan linier
pada kulit dan
jaringan di bawahnya. Salah
satu contoh luka
tertutup adalah hematoma
dimana pembuluh darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya
darah di bawah kulit.
Tubuh
memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka
terdiri dari berbagai
proses yang kompleks
untuk mengembalikan integritas jaringan.
Selama proses ini terjadi
pembekuan darah, respon inflamasi akut dan kronis, neovaskularisasi,
proliferasi sel hingga apoptosis. Proses
ini dimediasi oleh berbagai sel, sitokin, matriks, dan growth factor. Disregulasi dari proses tersebut bisa
menyebabkan komplikasi atau abnormalitas luka yaitu luka hipertrofik dan
keloid. Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar berjalan secara
alami namun terkadang diperlukan penanganan
khusus pada luka
untuk membantu proses
tersebut. Oleh karena itu penting untuk dipahami mengenai proses
penyembuhan luka. Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh
dunia terutama luka kronis karena
mengganggu fungsional jaringan
dan dilihat dari
nilai estetikanya.Luka akut yang
mengalami penyulit dalam proses penyembuhannya dapat berprogresi menjadi luka
kronis. Contoh dari luka kronis yang sering dan menyebabkan komplikasi
adalah ulkus diabetikus.
Melihat permasalahan tersebut,
luka perlu mendapat penanganan yang baik untuk
mengurangi angka morbiditasnya.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20
tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih
yang sesuai dengan perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih
besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah
untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan
suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka
bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang
harus dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik
yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah
infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan
pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan
lain-lain. Terjadinya peradangan
pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi
eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol
eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana
selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal
yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi
eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan
kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali
mengganti balutan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah definisi
fisiologi kulit?
2.
Apa sajakah
klasifikasi luka?
3.
Bagaimana definisi
penyembuhan luka?
4.
Bagaimana isu dan
trend perawatan luka saat ini?
1.3 TUJUAN
1.
Mahasiswa/i dapat
mengetahui definisi fisiologi kulit
2.
Mahasiswa/i dapat
mengetahui klasifikasi luka
3.
Mahasiswa/i dapat
mengetahui definisi penyembuhan luka
4.
Mahasiswa/i dapat
mengetahui isu dan trend perawatan luka saat ini
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 FISIOLOGI KULIT
Kulit
merupakan organ yang
berfungsi sangat penting
bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan
dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi
kulit adalah melindungi
dari kehilangan cairan
dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai
barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi
telah diketahui merupakan
salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti
pada daerah bibir, puting dan
ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan
elektrolit. Termoregulasi dikontrol
oleh hipothalamus. Temperatur
perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru
dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit.
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari
kulit dengan cara mengirim
sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah
di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.2 KLASIFIKASI LUKA
Luka dapat
terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan
Luka
diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1. Luka akut :
merupakan luka trauma
yang biasanya segera
mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh
dengan baik bila
tidak terjadi komplikasi.
Kriteria luka akut
adalah luka baru,
mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang
diperkirakan.
Contoh : Luka
sayat, luka bakar,
luka tusuk, crush injury.
Luka operasi dapat
dianggap sebagai luka akut
yang dibuat oleh
ahli bedah. Contoh :
luka jahit, skin grafting.
2. Luka kronik:
luka yang berlangsung
lama atau sering
timbul kembali (rekuren)
dimana terjadi gangguan
pada proses penyembuhan
yang biasanya disebabkan oleh
masalah multifaktor dari
penderita. Pada luka kronik
luka gagal sembuh pada
waktu yang diperkirakan,
tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya
tendensi untuk timbul
kembali. Contoh : Ulkus
dekubitus,ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
Jenis-jenis luka
a.
Berdasarkan
Kategori
1.
Luka Accidental
Adalah
cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi
luka bergerigi; berdarah; tidak steril
Gambar 1.
Luka bakar
2.
Luka Bedah
Merupakan
terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka
bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
Gambar 2.
Luka post op skin graft
b.
Berdasarkan
Integritas Kulit
1.
Luka terbuka
Kerusakan
melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan
jaringan; risiko infeksi
2. Luka
tertutup
Tidak
terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
c.
Berdasarkan
Descriptors
1. Aberasi
Luka
akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk
pengangkatan jaringan skar
2.
Puncture
Trauma
penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3.
Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi;
risiko infeksi
4.
Kontusio
Luka
tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
d.
Klasifikasi
Luka Bedah
1.
Luka bersih
Luka bedah
tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi rendah
2.
Bersih terkontaminasi
Luka
melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary,
risiko infeksi
3.
Kontaminasi
Luka
terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi
infeksi
4.
Infeksi
Area luka
terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
e. Berdasarkan penyebab
1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2) Akut atau kronik
Gambar 3. Luka Kronik
f.
Kedalaman jaringan yang terlibat
1.
Superficial
Hanya jaringan epidermis
2.
Partial thickness
Luka yang meluas
sampai ke dalam dermis
3.
Full thickness
Lapisan yang
paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang
meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.
2.3 Definisi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap
berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black,
2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel
sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan
respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan
tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi
dan penampilan.
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan
dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu.
Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis,
inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami
prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan
dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat
membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan
untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan
perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik,
interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penyembuhan luka
adalah suatu bentuk
proses usaha untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Komponen utama dalam
proses penyembuhan luka
adalah kolagen disamping sel
epitel. Fibroblas adalah
sel yang bertanggung
jawab untuk sintesis kolagen.
Fisiologi penyembuhan luka
secara alami akan
mengalami fase-fase seperti
dibawah ini :
a. Fase inflamasi
Fase ini
dimulai sejak terjadinya
luka sampai hari
kelima. Segera setelah terjadinya luka,
pembuluh darah yang
putus mengalami konstriksi
dan retraksi disertai reaksi
hemostasis karena agregasi
trombosit yang bersama
jala fibrin membekukan darah.
Komponen hemostasis ini
akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi
Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor(IGF),
Plateled-derived Growth Factor(PDGF) dan Transforming Growth Factor
beta(TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel
endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada
fase ini kemudian
terjadi vasodilatasi dan
akumulasi lekosit
Polymorphonuclear(PMN). Agregat trombosit
akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor
beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF
1 akan mengaktivasi
fibroblas untuk mensintesis kolagen.
b. Fase
proliferasi atau fibroplasi
Fase ini
disebut fibroplasi karena pada
masa ini fibroblas
sangat menonjol perannya. Fibroblas
mengalami proliferasi dan
mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan
adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi,
kontraksi luka dan epitelialisasi
c. Fase
remodeling atau maturasi
Fase
ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.
Terjadi proses yang dinamis berupa remodellingkolagen, kontraksi luka dan
pematangan parut. Aktivitas
sintesis dan degradasi
kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung
mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut
luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal
Tiga fase tersebut diatas berjalan normal
selama tidak ada gangguan baik faktor
luar maupun dalam.
Faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka :
A. Faktor lokal B.
Faktor umum
1. Suplai pembuluh darah yang kurang
1. Usia
2. Denervasi 2.
Anemia
3. Hematoma 3.
Anti inflammatory drugs
4. Infeksi 4.
Cytotoxic and metabolic drugs
5. Iradiasi 5.
Diabetes mellitus
6. Mechanical stress 6.
Hormon
7. Dressing material 7.
Infeksi sistemik
8. Tehnik bedah 8.
Jaundice
9. Irigasi 9.
Penyakit menular
10. Elektrokoagulasi 10.
Malnutrisi
11. Suture materials 11.
Obesitas
12. Antibiotik 12.
Temperatur
13. Tipe jaringan 13.Trauma,hipovolemia,dan
hipoksia
14. Facilitious wounds 14.
Uremia
15.
Vitamin C dan A
16. Trace metals
2.4 TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA
Kecenderungan Perawatan Luka Saat ini
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya
dalam perawatan luka, banyak diteliti metode – metode penyembuhan luka, baik
penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam
untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki
evidence based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya,
secara keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses
penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi
pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh
dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka,
kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan
outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan
metode balutan kasa ”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar
luka, normal salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan
kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan
jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya.
Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu,
tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap
sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan
nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak
prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat
dalam merawat luka, seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan luka,
bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke
permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa
merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru serta
bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan
biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan luka yang
efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang
lebih murah.
“Moist Wound Healing”
Definisi
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi
lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan
penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini
digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure
ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban,
sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda
dengan luka akut. Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan
luka dan dapat menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik
ini juga menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor
pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan proliferasi sel, dan
membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan perawatan pada
dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari permukaan
luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.
Tujuan Moist Wound Healing
Sesuai dengan pengertiannya, Moist Wound Healing
bertujuan untuk mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan
menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan
mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat
mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan
jaringan parut residual.
Mempertahankan kelembaban
luka dan balutan yang baik
Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari
fase inflamasi yang normal pada proses penyembuhan luka. Peningkatan
permeabilitas kapiler pembuluh darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein
masuk ke rongga interstitial. Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang
memfasilitasi pembersihan luka dari permukaan luka dan mempertahankan
kelembaban lingkungan lokal yang maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan
balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan;
mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan
bagian penting untuk permukaan luka.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi
lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan
penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini
digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers,
dan diabetic foot ulcers”.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci
dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang
berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban
luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini memiliki prinsip
penyembuhan luka secara alami, karena dengan mempertahankan kelembaban dapat
menyembuhkan lebih cepat dengan melidungi/membalut luka akan tercipta
lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan
mudah menyeberangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Keuntungan dengan
mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat
mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan
jaringan parut residual.
3.2 Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound
Healing tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan
prinsip luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi
biaya perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat
mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya
perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf
http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA)
& Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan
Luka, Makalah Mandiri, JakartaMansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.http://www.google.com
Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita
Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta :
EGC.http://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar