Jumat, 27 Februari 2015

Integritas dan Woundhealing

INTEGRITY AND WOUND HEALING
(INTEGRITAS DAN PERAWATAN LUKA)
http://fisika.mipa.unsri.ac.id/userfiles/image/photo/logo%20unsri.png

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6
FITRIYANI                                                                     (04121003028)
MITRA YUNI RATNASARI                                           (04121003029)
ARNELIA PUTRI                                                           (04121003030)
OKTA VERIDA ANDRIANI                                            (04121003031)
RINI DIANA SARI                                                         (04121003032)

DOSEN PEMBIMBING : Nurna Ningsih S.Kp., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2014 – 2015




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 2
1.1   LATAR BELAKANG................................................................................................ 2
1.2   RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 3
1.3   TUJUAN.............................................................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................. 4
2.1 FISIOLOGI KULIT................................................................................................... 4
2.2 KLASIFIKSI LUKA................................................................................................... 4
2.3 DEFINISI PENYEMBUHAN LUKA............................................................................. 7
2.4 TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA...................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................... 11
3.2 SARAN................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul INTEGRITY AND WOUND HEALING.
Makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING merupakan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 2.
Melalui makalah yang berjudul INTEGRITY AND WOUND HEALING  ini yang diharapkan dapat menunjang nilai penulis di dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 2. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heriawati, selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penulisan makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING  ini.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Penulis

Kelompok 6











BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka  adalah  rusak  atau  hilangnya  jaringan  tubuh  yang  terjadi  karena  adanya  suatu faktor  yang  mengganggu  sistem  perlindungan  tubuh.  Faktor  tersebut  seperti  trauma, perubahan  suhu,  zat  kimia,  ledakan,  sengatan  listrik,  atau  gigitan  hewan. Bentuk  dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka  terbuka  adalah  insisi  dimana  terdapat  robekan  linier  pada  kulit  dan  jaringan  di bawahnya.  Salah  satu  contoh  luka  tertutup  adalah  hematoma  dimana  pembuluh  darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya darah di bawah kulit.
Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni proses penyembuhan luka. Proses  penyembuhan  luka  terdiri  dari  berbagai  proses  yang  kompleks  untuk mengembalikan integritas jaringan.  Selama proses ini terjadi  pembekuan darah, respon inflamasi akut dan kronis, neovaskularisasi, proliferasi sel hingga apoptosis.  Proses ini dimediasi oleh berbagai sel, sitokin, matriks, dan  growth factor.  Disregulasi dari proses tersebut bisa menyebabkan komplikasi atau abnormalitas luka yaitu luka hipertrofik dan keloid. Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar berjalan secara alami namun terkadang  diperlukan  penanganan  khusus  pada  luka  untuk  membantu  proses  tersebut. Oleh karena itu penting untuk dipahami mengenai proses penyembuhan luka. Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia terutama luka  kronis  karena  mengganggu  fungsional  jaringan  dan  dilihat  dari  nilai  estetikanya.Luka akut yang mengalami penyulit dalam proses penyembuhannya dapat berprogresi menjadi luka kronis. Contoh dari luka kronis yang sering dan menyebabkan komplikasi adalah  ulkus  diabetikus.  Melihat  permasalahan  tersebut,  luka  perlu  mendapat penanganan yang baik untuk mengurangi angka morbiditasnya.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.                   Apakah definisi fisiologi kulit?
2.                   Apa sajakah klasifikasi luka?
3.                   Bagaimana definisi penyembuhan luka?
4.                   Bagaimana isu dan trend perawatan luka saat ini?
1.3 TUJUAN
1.                   Mahasiswa/i dapat mengetahui definisi fisiologi kulit
2.                   Mahasiswa/i dapat mengetahui klasifikasi luka
3.                   Mahasiswa/i dapat mengetahui definisi penyembuhan luka
4.                   Mahasiswa/i dapat mengetahui isu dan trend perawatan luka saat ini


















BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 FISIOLOGI KULIT
Kulit  merupakan  organ  yang  berfungsi  sangat  penting  bagi  tubuh  diantaranya adalah  memungkinkan  bertahan  dalam  berbagai  kondisi  lingkungan,  sebagai  barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi  proteksi  kulit  adalah  melindungi  dari  kehilangan  cairan  dari  elektrolit, trauma  mekanik,  ultraviolet  dan  sebagai  barier  dari  invasi  mikroorganisme patogen. Sensasi  telah  diketahui  merupakan  salah  satu  fungsi  kulit dalam  merespon  rangsang raba karena  banyaknya  akhiran  saraf  seperti  pada daerah  bibir,  puting dan  ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol  oleh  hipothalamus.  Temperatur  perifer  mengalami  proses  keseimbangan melalui  keringat,  insessible  loss dari  kulit,  paru-paru  dan  mukosa  bukal.  Temperatur kulit  dikontrol  dengan  dilatasi  atau  kontriksi  pembuluh  darah  kulit.  Bila  temperatur meningkat terjadi  vasodilatasi  pembuluh  darah, kemudian tubuh  akan  mengurangi temperatur  dengan  melepas  panas  dari  kulit  dengan cara  mengirim  sinyal  kimia  yang dapat  meningkatkan  aliran  darah  di  kulit.  Pada  temperatur  yang  menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.2 KLASIFIKASI LUKA
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan
Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1. Luka  akut :  merupakan  luka  trauma  yang  biasanya  segera  mendapat penanganan  dan biasanya  dapat  sembuh  dengan  baik  bila  tidak  terjadi komplikasi. Kriteria  luka  akut  adalah  luka  baru,  mendadak  dan penyembuhannya  sesuai   dengan  waktu  yang  diperkirakan.
Contoh  :  Luka sayat,  luka  bakar,  luka  tusuk, crush  injury.  Luka  operasi   dapat  dianggap sebagai  luka  akut  yang  dibuat  oleh  ahli  bedah. Contoh  :  luka  jahit, skin grafting.
2. Luka  kronik:  luka  yang  berlangsung  lama  atau  sering  timbul  kembali (rekuren) dimana  terjadi  gangguan  pada  proses  penyembuhan  yang  biasanya disebabkan  oleh  masalah  multifaktor  dari  penderita. Pada  luka  kronik  luka gagal  sembuh  pada  waktu  yang  diperkirakan,  tidak  berespon  baik  terhadap terapi  dan  punya  tendensi  untuk  timbul  kembali. Contoh  :  Ulkus  dekubitus,ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
Jenis-jenis luka
a.       Berdasarkan Kategori
1.       Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
Gambar 1. Luka bakar
2.       Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
Gambar 2. Luka post op skin graft
b.      Berdasarkan Integritas Kulit
1.       Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi
2.       Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
c.       Berdasarkan Descriptors
1.       Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar
2.       Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3.       Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi
4.       Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
d.      Klasifikasi Luka  Bedah
1.       Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah
2.         Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi
3.         Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi
4.         Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
e.      Berdasarkan penyebab
1)      Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2)      Akut atau kronik
Gambar 3. Luka Kronik
f.     Kedalaman jaringan yang terlibat
1.         Superficial
Hanya jaringan epidermis
2.         Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3.         Full thickness
                Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.






2.3 Definisi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
                Penyembuhan  luka  adalah  suatu  bentuk  proses  usaha  untuk  memperbaiki kerusakan  yang  terjadi.  Komponen  utama  dalam  proses  penyembuhan  luka  adalah kolagen  disamping  sel  epitel.  Fibroblas  adalah  sel  yang  bertanggung  jawab  untuk sintesis  kolagen.  Fisiologi  penyembuhan  luka  secara  alami  akan  mengalami  fase-fase seperti dibawah ini :
a. Fase inflamasi
                Fase  ini  dimulai  sejak  terjadinya  luka  sampai  hari  kelima.  Segera  setelah terjadinya  luka,  pembuluh  darah  yang  putus  mengalami  konstriksi  dan  retraksi disertai  reaksi  hemostasis  karena  agregasi  trombosit  yang  bersama  jala  fibrin membekukan  darah.  Komponen  hemostasis  ini  akan  melepaskan  dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor(IGF), Plateled-derived Growth Factor(PDGF) dan Transforming Growth  Factor  beta(TGF-β)  yang   berperan   untuk  terjadinya  kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi.  Pada  fase  ini  kemudian  terjadi  vasodilatasi  dan  akumulasi  lekosit Polymorphonuclear(PMN).  Agregat   trombosit  akan  mengeluarkan  mediator inflamasi Transforming Growth  Factor  beta 1 (TGF 1)  yang juga  dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
b. Fase proliferasi atau fibroplasi
                Fase  ini  disebut   fibroplasi karena  pada  masa  ini  fibroblas  sangat  menonjol perannya.   Fibroblas  mengalami  proliferasi  dan  mensintesis  kolagen.  Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
c. Fase remodeling atau maturasi
                Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodellingkolagen, kontraksi luka dan pematangan  parut.  Aktivitas  sintesis  dan  degradasi  kolagen  berada  dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal
Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada  gangguan baik faktor luar maupun dalam.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
A. Faktor lokal                                                                                                   B. Faktor umum
1. Suplai pembuluh darah yang kurang                                                   1. Usia
2. Denervasi                                                                                                       2. Anemia
3. Hematoma                                                                                                     3. Anti inflammatory drugs
4. Infeksi                                                                                                              4. Cytotoxic and metabolic drugs
5. Iradiasi                                                                                                             5. Diabetes mellitus
6. Mechanical stress                                                                                       6. Hormon
7. Dressing material                                                                                        7. Infeksi sistemik
8. Tehnik bedah                                                                                                                8. Jaundice
9. Irigasi                                                                                                                9. Penyakit menular
10. Elektrokoagulasi                                                                                        10. Malnutrisi
11. Suture materials                                                                                        11. Obesitas
12. Antibiotik                                                                                                     12. Temperatur
13. Tipe jaringan                                                                                               13.Trauma,hipovolemia,dan hipoksia
14. Facilitious wounds                                                                                    14. Uremia
                                                                                                                                                15. Vitamin C dan A
                                                                                                                                16. Trace metals              






2.4 TREND DAN  ISU  PERAWATAN LUKA
Kecenderungan Perawatan Luka Saat ini
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti metode – metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer  dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa ”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.







“Moist Wound Healing”
Definisi
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari permukaan luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.
Tujuan Moist Wound Healing
Sesuai dengan pengertiannya, Moist Wound Healing bertujuan untuk mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.
Mempertahankan kelembaban luka dan balutan yang baik
Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari fase inflamasi yang normal pada proses penyembuhan luka. Peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein masuk ke rongga interstitial. Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang memfasilitasi pembersihan luka dari permukaan luka dan mempertahankan kelembaban lingkungan lokal yang maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan. Keseimbangan kelembaban pada  permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka.




BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Keseimbangan kelembaban pada  permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan luka secara alami, karena dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.
3.2 Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.











DAFTAR PUSTAKA

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf
http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah Mandiri, JakartaMansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.http://www.google.com
Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.http://www.google.com


















Peran perawat pelaksana


KOMUNIKASI KEPERAWATAN
PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA
Disusun Oleh :
Yulita Friza Wulandari (04121003004)
Intan Gandini (04121003013)
Utari Septera (04121003021)
Mitra Yuni Ratnasari (04121003029)
Hafiza Khoradiyah (04121003033)
Ahid Robbi Safitra (04121003037)
Sri Rizki (04121003047)
Alfi Munandar (04111003008)
Melisa Cintya (04121003014)
Dosen Pembimbing : Ns. Maryatun,.S.Kep,.M.Kes

Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Tahun Ajaran 2013-2014

KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Peran Perawat sebagai Pelaksana”.
            Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang bagaimana peran seorang perawat sebagai pelaksana” agar dapat dipergunakan dalam praktek proses keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan Semester Genap.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang,   Maret 2014 


                                                                                                                                                                                                                                                                        Penulis








DAFTAR ISI

A.    Halaman judul................................................................................................................i
B.     Kata pengantar..............................................................................................................ii
C.     Daftar isi.......................................................................................................................iii
D.    Pendahuluan...................................................................................................................1
1.1     Latar belakang................................................................................................................1
1.2     Rumusan masalah...........................................................................................................2
1.3     Tujuan.............................................................................................................................2
E.     Pembahasan....................................................................................................................3
2.1  Definisi perawat.............................................................................................................3
2.2  Peran perawat.................................................................................................................3
2.3  Definisi perawat sebagai pelaksana................................................................................4
2.4  Tugas perawat sebagai pelaksana...................................................................................5
2.5  Peran perawat sebagai pelaksana...................................................................................6
2.6  Syarat perawat sebagai pelaksana..................................................................................7
2.7  Manfaat perawat pelaksana............................................................................................8
F. Penutup...........................................................................................................................9
3.1  Kesimpulan.....................................................................................................................9
3.2  Saran...............................................................................................................................9
  G. Daftar pustaka..............................................................................................................10




BAB I
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
            Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
            Pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 647/MENKES/SK/IV/2000 tentang ketentuan umum pada Bab I Pasal 1 yaitu : “Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dengan demikian perawat memiliki peranan dan fungsi dalam melaksanakan profesinya yang secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
            Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perdagangan Aparatur Negara Nomor 94/MENPAN/1986, tanggal 4 Nopember 1986, tenaga perawatan adalah, Pegawai negeri sipil yang berijazah perawatan yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya).
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
            Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik. Dalam pelaksanaan perannya perawat dituntut untuk dapat melaksanakan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasien ataupun klien agar peran perawat sebagai pelaksana dapat terealisasi dengan optimal.















1.2       RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana ?
2.      Apa syarat untuk menjadi perawat pelaksana ?
3.      Bagaimana manfaat perawat sebagai pelaksana ?

1.3       TUJUAN
1.      Memaparkan peran dan fungsi yang dimiliki perawat sebagai pelaksana
2.      Mengetahui syarat yang harus dimiliki untuk menjadi perawat pelaksana
3.      Memahami manfaat perawat sebagai pelaksana

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawat
            Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan serta kewenangan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, dikutip oleh La Ode Jumadi Gaffar, 1993:23). Ada juga pengertian perawat menurut PP No.32 thn 1966 tentang tenaga kesehatanPerawat adalah seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan yang diakui pemerintah. Tenaga keperawatn sendiri adalah perawat dan bidan.
            Sedangkan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi, psikologi, social dan spiritual yang bersifat komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (La Ode Jumadi Gaffar, 1999:18).
            Pelayanan keperawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perwat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Pelayanan yang dibeikan adalah untuk mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan (Nasrul Effendy, 1998:7).
2.2 Peran Perawat
            sebelum mengetahui peran perawat professional itu apa saja, kita harus memahami dulu apa pangertian dari peran, sedangkan untuk penhgertian perawat sudah dijelaskan diatas. Berikut ada 2 macam pengertian peran :
              Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap           seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system dimana semua itu dipengaruhi   oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang            bersifat konstan.
              Peran juga bisa diartikan bentuk perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu (Kozier B, 1995;21).
            Setelah mengetahui apa pengertian peran dan perawat, maka sebaiknya kita mengetahui macam – macam elemen peran perawat. Ada 8 macam peran dari perawat, diantaranya :

         Peran perawat sebagi Kordinator
         Peran perawat sebagai Konselor
         Peran perawat sebagai Pelaksana
         Peran perawat sebagai Kolaborator
         Peran perawat sebagai Pendidik
         Peran perawat sebagai Pembaharu
         Peran perawat sebagai Konsultan
         Peran perawat sebagai Advocat

Yang akan kita bahas lebih lanjut disini adalah peran perawat sebagai pelaksana.

2.3 Pengertian Peran perawat sebagai pelaksana
            Pada masa lalu di Indonesia, perawat sebagai pelaksanapelayanan keperawatan dikatakan sebagai pekerjaan vokasional yang dalam melaksanakan kegiatan atau tugas-tugasnya sebagai tim kesehatan selalu bergantung pada profesi kesehatan lain. Hal itu tidak berlaku lagi pada masa sekarang, sekarang ini perawat pelaksana mamou manjalankan tuganya sendiri, mereka hanya bekerjasama saja dengan profesi kesehatan lain dalam menjalankan tugasnya, bukan bergantung.
            Perawat pelaksana adalah seorang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dan diberikan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan pada instansi kesehatan di tempat atau ruang dia bekerja.
            Perawat sebagi pelaksana juga dapat diartikan pelaksana peran perawat yang menyangkut             pemberian pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, atau mayarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi asuhan pencegahan pada tingkat satu, dua atau tiga, baik langsung maupun tidak langsung.
Tindakan langsung berarti tindakan yang ditanagani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan klien. Sedangkan tindakan langsung atau yang disebut juga delegasi tindakannya diserahkan kepada orang lain atau perawat lain yang dapat dipercaya untuk melakukan tindakan keperawatan klien.

2.4 Tugas Perawat sebagai Pelaksana
            Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di instansi kesehatan, tentunya memiliki tugas-tugas yang di bebankan kepada mereka, seperti halnya peran-peran yang lain, tugas-tugas dari perawat pelaksana tersebut diantaranya :
a)      Melaksanakan serah terima setiap pergantian dinas yang mencakup pasien dan peralatan
b)      Melakukan Askep pasien, meliputi :
a.       Mengkaji keadaan pasien
b.      Membuat rencana keperawatan
c.       Melakukan tindakan keperawatan
d.      Melakukan evaluasi, dan
e.       Pencatatan/dokumentasi
c)      Menyiapkan, memelihara, menyimpan alat agar siap pakai
d)     Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah dan membuat       langkah/cara pemecahan masalah
e)      Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
f)       Melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala ruangan
g)      Memelihara lingkungan untuk kelancaran pelayanan
h)      Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang instansi kesehatan dan lingkungannya, peraturan dan tata tertib yang berlaku, serta fasilitas yang ada dan penggunaannya
i)        Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya maupun dengan anggota tim kesehatan.
j)        Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat ditanggulangi
k)      Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter penanggung jawab/perawat kepala ruang
l)        Menyiapkan pasien yang akan keluar, meliputi :
§  Menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi, contoh : surat izin pulang, surat keterangan sakit, petunjuk diit,resep obat jika perlu, surat rujukan/pemeriksaan ulang, dan surat keterangan lunas membayar.
§  Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien, misal mengenai diit, pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit atau instansi kesehatan lain.
m)    Mentaati peraturan yang telah ditetapkan di rumah sakit tempat dia bekerja.

2.5 Peran Perawat Sebagai Pelaksana
             Dalam melaksanakan peran sebagai pelaksana perawat bertindak sebagai :
1.      Comforter
            yaitu perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien atau pasien.
2.      Protector dan advocat
            yaitu perawat dapat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya.
3.      Communicator
            yaitu perawat dapat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya.
4.      Rehabilitator
            yaitu berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yaitu mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi secara normal.
            Peran perawat pelaksana juga dapat ditunjukkan dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, 2 atau 3 baik direct maupun indirect.
2.6 Syarat Perawat sebagai Pelaksana
            Persyaratan untuk menjadi perawat sebagai pelaksana, adalah sebagai berikut :
1.      Lulus dari sekolah perawat
            Sekolah pada sekolah perawat dan lulus serta mendapat ilmu keperawatan dari sekolah tersebut adalah syarat utama untuk menjadi perawat pelaksana.
2.      Memiliki lisensi sebagai seorang perawat pelaksana
            Untuk praktek sebagai perawat, Anda harus memiliki keperawatan lisensi.
3.      Mempunyai bakat dan sikap untuk bekerja dengan cinta dan kesabaran.
            Untuk menjadi perawat pelaksana harus memiliki bakat dan sikap untuk bekerja dengan cinta dan kesabaran dalam merawat pasien.
4.      Bersedia bekerja pada siang atau malam hari
Dalam profesi keperawatan, tidak ada jam kerja tetap. Alasannya dapat dipahami dengan baik. Seorang perawat harus bekerja baik pada siang hari dan pada malam hari.




2.7 Manfaat Perawat Pelaksana
Peran perawat sebagai pelaksana memiliki beberapa manfaat diantaranya :
1.      Kerja
            Profesi keperawatan menawarkan sejumlah besar kesempatan kerja di seluruh dunia. Menurut data yang diungkapkan oleh para ahli diantara semua pekerjaan perawatan akan menciptakan angka kedua terbesar pekerjaan baru, saat ini sekitar 100.000 posisi pekerjaan keperawatan yang kosong tergeletak sendirian di AS (Amerika Serikat) dan dengan demikian memiliki pekerjaan musuh besar calon potensial.
2.      Keuangan Manfaat
            Mayoritas pekerjaan yang berhubungan dengan keperawatan menawarkan manfaat keuangan yang baik. Dalam rangka untuk menarik dan mempertahankan lebih atasan perawat membuat banyak usaha. Mereka menawarkan bonus penandatanganan, kenaikan gaji, jadwal kerja yang ramah bagi keluarga mereka, dan pelatihan bersubsidi.
3.      Karir Manfaat
            Sebagai perawat karir menawarkan banyak alternatif, baik dari segi peluang kemajuan dan daerah khusus. Perawat dapat bekerja dirumah sakit, pusat perawatan rawat jalan, kantor dokter, rumah perawatan kesehatan, perawatan fasilitas perawatan. Dengan meningkatnya popularitas pekerjaan perjalanan dalam perawatan, mereka mendapatkan kesempatan bekerja di berbagai tempat.

                                                                                                              





BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
            Perawat pelaksana adalah seorang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dan diberikan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan pada instansi kesehatan di tempat atau ruang dia bekerja, Dalam melaksanakan peran sebagai pelaksana perawat bertindak sebagai Comforter ,Protector dan advocat, Communicator, dan Rehabilitator.
3.2 Saran
            Diharapkan kita selaku mahasiswa keperawatan mengerti dan mampu mengaplikasikan peran perawat selaku pelaksana dalam memenuhi kebutuhan pasien ataupun klien secara profesional dan optimal.


DAFTAR PUSTAKA