Jumat, 27 Februari 2015

Gangguan Sistem Pencernaan

Makalah Fisiologi 2
“Gangguan Sistem Pencernaan”
 





Oleh:
Lanny Tria Damayanti   (04121003015)
Innur Rahmaline Zarina             (04121003019)
Utari Septera                            (04121003021)
Indaah Triana                           (04121003023)
Olivia Sitompul                         (04121003025)
Mitra Yuni Ratnasari                 (04121003027)
Hafiza Khoradiyah                    (04121003033)
Dwi Purnama Sari                     (04121003035)

Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2014

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Gangguan Sistem Pencernaan dan Pencernaan Makanan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh karena itu pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1)      Dosen Bagian Fisiologi Unsri selaku Dosen pembimbing dan pengajar yang telah memberi pengetahuan.
2)      Literatur yang ada di internet dan perpustakaan umum yang menambah
     wawasan.
Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi kami mohon maaf sebesar- besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya.



                                                                      Indralaya,   April 2014


                                                          Penulis




Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii







BAB I

Pendahuluan

1.1.           Latar Belakang

Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.
Sistem pencernaan adalah organ yang seringkali mudah terkena gangguan sehinggatimbul berbagai masalah penyakit pencernaan. Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yangterjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit padaorgan esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon,kolon sigmoid, dan rektum. Penyakit pencernaan yang mulanya ringan dapat berdampak fatalapabila kita tidak mengerti diagnosa penyakit dan cara penanganan yang tepat. Oleh karena itusangat penting bagi kita untuk mengetahui berbagai seluk beluk hingga penanganan penyakit pencernaan.

1.2.          Rumusan Masalah

1.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Mulut?
2.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Esofagus?
3.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Lambung?
4.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Usus Halus?
5.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Usus Besar?
6.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Rektum dan Anus?
7.       Bagaimana Gangguan Pencernaaan di Hati?
8.       Bagaimana Gangguan Pencernaan di Pankreas dan Empedu?

1.3.          Tujuan

1.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Mulut
2.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Esofagus
3.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Lambung.
4.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Usus Halus
5.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Usus Besar
6.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Rektum dan Anus
7.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaaan di Hat
8.       Untuk Mengetahui Gangguan Pencernaan di Pankreas dan Empedu.












 



BAB II

ISI


2.1. Gangguan Pada Mulut

1.      Penyakit Pada Gigi
Karies Dentis adalah penyakit destruktif pada jaringan keras gigi yang terjadi akibat infeksi oleh Streptococcus mutans dan bakteri lainnya. Ketika sisa-sisa makanan tertinggal di sela-sela gigi, sisa-sisa makanan tersebut akan menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri mencerna sisa makanan tersebut dan menghasilkan asam. Asam inilah yang mengikis lapisan email gigi. Jika lubang ini telah mencapai bagian rongga pulpa, tempat jaringan saraf dan pembuluh darah, Pengobatan karies meliputi pengangkatan jaringan keras yang menjadi lembek serta terinfeksi, penambalan, lapisan dentin yang terpapar, dan pemulihan struktur gigi dengan tambalan perak amalgam, komposisi plastik, emas atau porselen.
2.      Ulkus afosa rekuren
terjadi di setiap tempat pada mukosa oral nonkreatinasi (bibir, lidah, mukosa buka, dasar mulut, palatum mole, orofaring). Ditandai dengan ulkus yang tunggal atau berkelompok dengan rasa nyeri yang dikelilingi oleh bagian tepi eritemotous, lesi dapat berdiameter 1-2 mm dalam kelompok (herpetiformis), 1-5 mm (minor) atau 5-15 mm (mayor). Lesi sembuh dalam waktu 1-2 minggu tetapi dapat kambuh setiap sebulan sekali atau beberapa kali atau setahun.
3.      Penyakit Kanker Mulut
Dua hingga empat persen penyakit keganasan yang ditemukan di Amerika Serikat dan sebagian negara barat adalah karisinoma sel skuamosa pada mulut.
Lesi prakanker yang paling sering terdapat di dalam kavum oris ditemukan sebagai leukoplakia, yaitu suatu bercak putih pada mukosa yang tidak dapat dihilangkan dengan menggosoknya. Dari pemeriksaan histologi, lesi tersebut memperlihatkan keadaan hiperkeratosis, akantosis dan atapia (displasia). Leukoplakia mencakup tipe-tipe homogen dan nonhomogen. Leukoplakia noduler nonhomogen (nodul putih dengan latar belakang merah) memiliki potensi jauh lebih besar untuk terjadinya transformasi maligna bila dibandingkan dengan leukoplakia homogen. Bukti yang diperoleh akhir-akhir ini menunjukkan bahwa lesi seperti beludru yang berwarna merah tanpa keluhan (eritroplasia) pada dasar mulut, permukaan ventrolateral lidah atau kompleks palatum mole-pilar anterior lebih cenderung berupa karsinoma in situ atau karsinoma invasif dibandingkan lesi yang berwarna putih.

4.      Penyakit Kelenjar Liur
Glandula Salivarus mayor dan minor dapat terkena pada penyakit gondongan, sarkoidosis, tuberkulosis, limfoma dan sindrom Sdjorgen. Keadaan yang disebutkan terakhir ini dapat menyebabkan mata kering dan mulut kering (xerostomia). Keadaan ini dapat menimbulkan karies servikal atau insisas dentis atau kandisiasis oral. Penatalaksanaannya dapat kumur mulut dengan larutan yang mengandung fluorida, pemberian preparat tropikal, preparat pengganti saliva, stimulasi glandula salivarius dengan permen yang tidak mengandung gula, dan menghindari makanan manis.
Neoplasma yang paling sering dijumpai pada kelenjar ludah adalah adenoma pleomorfik yang jinak tapi tumbuh kembali, kecuali dienukleasi seluruhnya, tumor ganas termasuk karsinoma mukoepidermoid, karsinoma kistik adenoid, dan adenokarsinoma. Adenopleomorfik menyebabkan massa yang tumbuh perlahan, lunak di leher, palatum atau parotis, sedangkan tumor maligna tumbuh lebih cepat dan dapat menyebabkan ulserasi dan menyerang syaraf, yang mengasilkan paralisis muka atau mati rasa.

5.      Penyakit Pada Lidah
-          Perubahan Ukuran atau morfologi:
a.       Makroglosia adalah pembesaran lidah yang mungkin merupakan bagian dari suatu sindroma yang ditemukan dalam keadaan tumbuh kembang seperti sindrom Down, dapat disebabkan oleh tumor (hemongioma atau limfangioma, penyakit metabolik seperti amilodosis primer atau gangguan endokrin seperti akromegali atau kretinisme.
b.      Lidah dengan fisura (“scrotal” tongue) adalah permukaan dorsal dan kedua sisi lidah ditutupi oleh alur yang dangkal atau dalam tanpa rasa nyeri, adanya alur-alur ini dapat menyebabkan penumpukan debris di dalamnya dan kemudian timbul iritasi.
c.       Glositis romboid medial merupakan kelainan kongential lidah dengan daerah ovoid sepanjang di bagian posterior medial lidah, dapat menyertai kandidiasis dan bereaksi terhadap terapi antifungus.

2.2. Gangguan Pada Esofagus

  1. Disfagi
Disfagi atau kesulitan menelan makanan yang dimakan dari faring,merupakan gejala utama faring atau esofagus. Disfagi jangan disalah tafsirkan dengan globus histerikus (peasaan adanya gumpalan-gumpalan dalam tenggorokan),yang dapat disebabkan oleh faktor emosi dan dapat terjadi tanpa harus menelan.

  1. Spasme Esofagus Difus
Spasme esofagus difus (diffuse esophagisms) adalah jenis tekanan tinggi motilitas esofagus kelainan karakteristik kinetik gangguan motilitas esofagus primer, lesi terutama dalam esofagus bagian bawah, kinerja amplitudo tinggi, sangat panjang, non-pendorong terakhir kontraksi berulang, menyebabkan stenosis esofagus atau spiral manik-manik, sedangkan esofagus atas dan sfingter esofagus lebih rendah sering tidak terlibat. Penyakit klinis jarang terjadi, sering dengan nyeri dada intermiten kronis dan disfagia sebagai gejala utama dapat berupa usia, lebih umum dalam 50 tahun, tidak ada perbedaan gender yang signifikan dalam etiologi dan patogenesis belum jelas.
Gejala dan tanda-tanda
Nyeri dada adalah gejala yang paling khas, terutama pada orang tua, nyeri di dada ke belakang dan skapularis daerah radiasi, yang kadang-kadang menyerupai angina. Nyeri bisa sangat parah, dan kadang-kadang bisa diatasi dengan anestesi diperlukan. Nyeri menelan tidak selalu berhubungan, kadang-kadang untuk makan cairan panas atau dingin diinduksi. Timbulnya rasa nyeri, pasien sering enggan untuk makan makanan melalui mulut, termasuk obat-obatan. Disfagia juga umum, adalah episodik, peningkatan non-progresif, belum tentu disertai dengan nyeri dada. Menelan makanan padat atau makanan cair mungkin merasa sulit, terlalu dingin atau diet lebih mudah untuk menginduksi terlalu panas. Terkadang bolus terjebak dalam kerongkongan dari "kejang" segmen, meludah sebelum remisi. Berat badan dan pneumonia aspirasi yang langka.          
3.      Akalasia 
        Aklaksia adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi selama menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esofagus gagal untuk melewati esofagus masuk ke dalam lambung.
      Jika akalasia menjadi berat, esofagus sering tidak mengosongkan makanan yangditelan ke dalam lambung selama beberapa jam, padahal waktu yang normal adalahbeberapa detik. Setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun, esofagus menjadi sangatmembesar sehingga sering kali dapat menampung sebanyak satu liter makanan, yangsering menjadi terinfeksi dan membusuk selama periode statis esofagus yang lama.Infeksi juga dapat mengakibatkan ulserasi mukosa esofagus, kadang-kadangmenimbulkan nyeri subternal atau bahkan ruptur dan kematian.
      Akalasia dapat diobati dengan melebarkan katup secara mekanik, contohnyadengan menggelembungkan sebuah balon di dalam kerongkongan. 40% hasil dariprosedur ini memuaskan, tetapi mungkin perlu dilakukan secara berulang. Denganpemberian nitrat (contohnya nitroglycerin) yang ditempatkan di bawah lidah sebelummakan atau penghambat saluran kalsium (contohnya nifedipine), maka tindakanuntuk melebarkan kerongkongan dapat ditangguhkan.

  1. Hernia
Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah dari dinding abdomen.
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara intermiten (sementara) atau secara permanen (menetap) bagian lambung, disertai perpindahan bagian esophagus dari iintra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks) di atas diagfragma melalui hiatus esophagus yang normal.

Atas dasar patogenesisnya, maka ada 3 macam hernia hiatus esophagus ;

1.      Sliding hiatus hernia (hernia hiatus aksial).
Pada hernia hiatus ini didapati esophagus intra abdomen, bagian kardia lambung esophagus (gastroesophageal junction) melorot ke dalam rongga dada diatas diagfragma dan dapat secara intermiten maupun permanent.
2.      Hernia Esofageal.
Hernia eofageal didapati bagian fundus/korpus lambung disertai sebahagian esophagus intra abdomen berada diluar rongga dada diatas diagfragma, sedangkan hubungan lambung esophagus (gastroeophageal junction) tetap berada didalam ronnga perut (abdomen) di bawah diafragma.
3.      Hernia Hiatus Campuran
Pada sliding hiatus hernia (hernia hiatus aksial yang besar, dapat pula terjadi hernia hiatus esofageal, maka terjadilah kedua macam hernia hiatus tersebut diatas, hingga timbul bentuk campuran yang disebut hernia hiatus tipe campuran. Pada hernia hiatus bentuk ini dadapati seluruh bagian esofagus intra abdomen, gatroesophageal junctin, sebahagian besar lambung, mungkin seluruh bagian lambung berpindah tempat kedalam rongga dada diatas diafragma.
5.      Tumor Esofagus
               Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.

2.3. Gangguan Pada Lambung

Fungsi lambung : yang utama ialah sebagai tempat penampungan makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit secara teratur. Berikut merupakan manifestasi klinis penyakit lambung yang dapat mengganggu kerja fungsi lambung.
Manifestasi klinis penyakit lambung
1.      Nyeri dan Dispepsia
Nyeri merupakan gambarangastropati erosive akut dan ulkus peptikum. Epigastrium seperti terbakar, dan berhubungan dengan asupan makanan.nyeri yang berasal dari lambung sering disertai mual dan muntah.dispepsia dapat mencakup nyeri, tetapi juga bisa bermanifestasi sebagai perut kembung,distermi, dan sendawa.
2.      Kehilangan nafsu makan
Kehilangan nafsu makan (anoreksia) muncul pada gastritis dan karsinoma lambung. Hal ini harus dibedakan dengan ketakutan untuk makan karena menimbulkan rasa nyeri (seperti pada ulkus peptikum) dan dengan perasaan cepat kenyang (perasaan cepat penuh) yang muncul saat volume lambung berkurang (sering pada neoplasma)
3.      Perdarahan
Perdarahan ke dalam lumenlambung adalah manifestasi umum penyakit lambung, terjadi pada setiap penyakit yang menyebabkan erosi permukaan mukosa. Manifestasi tergantung pada tingkat keparahan dan kecepatan perdarahan. Bila perdarahan banyak dan cepat, pasien memuntahkan darah segar (hematemesis). Bila perdarahan agak lambat, darah diubah oleh asam lambung dan mengalir ke usus, membentuk tinja hitam, seperti tar (melena). Pada perdarahan kronis yang lambat, pasien umunya mengalami anemia defisiensi besi dan hasil tes darah samar tinja yang positif.


Lesi peradangan lambung
1.      Gastropati erosive akut
Gastropati erosive akut adalah penyakit lambung yang sering terjadi. Secara endoskopi dicirikan oleh mukosa yang mengalami hepermia difus, dengan ulkus dan erosi permukaan yang banyak dan kecil. (catatan : erosi dalah pengelupasan permukaan epitel dengan bagian dalam mukosa tetap utuh ; ulkus mencakup pengelupasan seluruh ketebalan mukosa). Secara mikroskopik terdapat cedera dan pengelupasan epitel permukaan dan berbagai nekrosis kelenjar superfisial. Dasar penyebab penyakit ini ialah kerusakan epitel lambung.
Penyebab2 lainnya ialah : obat-obatan, bahan kimia toksik yang bekerja di lumen, stre, kemoterapi, iskemia.
2.      Gastritis kronis
Penyakit ini didefinisikan secara histologis sebagai peningkatan jumalah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Gastritis kronis trbagi dua, yaitu gastritis kronis tipe A merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa ; dan tipe B yang terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori.
3.      Penyakit menetrier (gastritis hipertrofik ; hipertrofi rugae)
Suatu penyakit yang jarang terjadi dan penyebabnya belum diketahui, yang terjadi pada pasien laki-laki usia diatas 40tahun. Penyakit ini ditandai dengan penebalan lipatan rugae lambung yang hebat yang tampak baik secara radiologis maupun secara endoskopis. Hiperplasia dan dilatasi kistik kelenjar mukus bersama dengan proliferasi otot penyakit ini sebagai lesi hamartoma. Sebagian besar pasien penyakit menetrier mengalami sekresi asam yang berkurang atau normal.
4.      Gastroenteritis eosinofilik
Penyakit ini jarang ditemukan dan diyakini akibat hiepersensitivitas imunologi. Mukosa lambung dan usus disebuk oleh sel radang kronis dan sejumlah eosinophil.


Penyakit ulkus peptikum
Ulkus peptikum adalah ulkus yang terjadi pada berbagai bagian saluran pencernaan makanan yang terpancar cairan asam lambung. Ulkus peptikum terjadi pada semua usia, paling sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Ada kecendrungan famailial pada ulkus duodenum, tetapi tidak pada ulkus lambung.
Faktor penyebab : penurunan ketahan mukosa, penurunan prostaglandin, merokok, aspirin dan obat anti inflamasi lainnya.
Efek klinis : nyeri epigastrium berkaitan dengan makan dan sering berkurang dengan makanan.
Neoplasma lambung
1.      Neoplasma jinak
a.       Polip mukosa
b.      Neoplasma mesenkimal
2.      Neoplasma ganas
a.       Adenokarsinoma lambung
b.      Limfoma maligna
c.       Neoplasma stroma lambung maligna
d.      Tumor karsinoid

2.3.            Gangguan Pada Usus Halus

MALABSORPSI
Malabsorpsi adalah terganggunya absorpsi satu atau banyak zat gizi dalam mukosa usus, menyebabkan terjadinya gerakan makanan terdigesti yang tidak memadai dari usus halus ke dalam darah atau sistem limfatika.
Maldigesti adalah kegagalan absorpsi zat gizi pada pemecahan proses pencernaan kimiawi yang berlangsung dalam lumen usus atau brush border mukosa usus.

· Penyebab
Penyebab lazim sindrom malabsorbsi yaitu :
1.    Gastrektomi , menyebabkan pencampuran yang tak sempurna antara kimus dan sekret lambung.
2.    Penyakit hepatobiliar, menyebabkan terjadinya insufisiensi  asam empedu intralumen.
3.    Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya malabsorpsi vitamin B12 yang menyebabkan terjadinya maldigesti lemak akibat dekonjugasi garam empedu. Garam empedu yang tidak terkonjugasi kurang efektif untuk pembentukan misel dan lebih sedikit terabsorpsi di ileum.
4.    Kekurangan laktase herediter menyebabkan malabsorpsi laktosa.

· Gejala dan Tanda
Gejala atau Tanda
Patofisiologi
Penurunan berat badan dan malnutrisi generalisata
Gangguan malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan protein sehingga kurang energi
Diare
Beban cairan dan elektrolit yang berlebihan memasuki kolon  sehingga melampaui kemampuan absorpsi
steatore
Kelebihan lemak dalam feses
Perut kembung
Laktosa yang tidak dicerna terjadi fermentasi menjadi pembentukan gas
nokturia
Absorpsi dan ekskresi air yang tertunda

· Deteksi
Pemeriksaan bermanfaat untuk menegakkan diagnosis malabsorpsi dapat menunjukkan adanya gangguan malabsorpsi ataupun maldigesti.
1.    Lemak feses , uji tertua dan terpercaya untuk mengetahui adanya steatore. Feses diperiksa untuk mengetahui adanya lemak netral, lemak pecah, dan serat otot yang tidak tercerna. Orang normal mengeluarkan lemak feses kurang dari 6 g per hari. Jika lebih dikatakan steatore.

2.    Biakan isi duodenum dan jejunum
Uji yang terpercaya untuk memastikan pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus proksimal adalah dengan melakukan aspirasi dan biakan isi usus. Usus halus bagian proksimal normal mengandung kurang dari 105 organisme /ml, dan umumnya meupakan organisme sejenis yg ada di orofaring. Mekanisme terpenting dalam mempertahankan sterilitas usus proksimal secara bakteriologis adalah peristaltik normal yang menyapu bakteri ke arah distal, adanya asam lambung dan sekresi imunoglobulin dalam usus.

3.    Pemeriksaan radiologik barium pada gastrointestinal
Gambaran radiologik usus halus dapat bersifat non spesifik atau diagnostik. Gambaran hkas sindrom malabsorpsi adalah hilangnya pola barium yang seperti bulu, dan peningkatan flokulasi bariumdisertai segmentasi dan gambaran seperti gumpalan.

4.    Biopsi usus halus
Biopsi adalah pemeriksaan untuk menguji kelainan yang terdapat dalam penyakit, karena biopsi mukosa usus dapat memperlihatkan adanya atrofi villi. Biopsi dapat dilakukan dengan melakukan endoskopi atau yang lebih jarang lagi dengan menyuruh pasien menelan sebuah kapsul lalu mencari lesi mukosa dengan pemeriksaan radiografi.

Gangguan Primer Usus Halus Yang Disertai Malabsorpsi
1.    Sprue Non-Tropis (Penyakit Seiiak)
Penyakit ini ditandai dengan atrofi vili usus halus bagian proksimal karena menelan makanan yang mengandung gluten.
·      Patofisiologi
Gluten merupakan protein yang memiliki berat molekul besar, ditemukan dalam gandum. Gejala menghilang bila gluten dihilangkan dari diet, dan akan muncul kembali bila gluten diberikan kembali dalam diet. Lesi khas mukosa usus yang diinduksi gluten adalah hilangnya atau tumpulnya vili disertai pemanjangan kripta, sehingga menyebabkan mukosa terlihat datar.
·      Pengobatan
Pengobatan sprue non-tropis dengan diet bebas gluten umumnya sangat berhasil. Respons terhadap makanan bebas gluten ini berupa feses yang berubah menjasi normal, diare mengfhilang, dan berat badan meningkat.

2.    Sprue Tropis
Sprue Tropis terjadi pada daerah tropis teertentu seperti, puerto Rico, India, dan Asia Barat Daya. Gejala dan tanda mirip dengan sprue non-tropis, sedangkan perubahan pada hasil biopsi serupa tapi lebih ringan. Sebagian besar penderita sembuh setelah pengobatan antibiotik golongan tetrasiklin.

3.    Defisiensi Laktase
Gejala khs defisiensi laktase adalah kejang perut, kembung, dan diare setelah minum susu. Mekanisme patofisiologi yaitu bila laktosa tidak dihidrolisis masuk ke usus besar, dapat menimbulkan efek osmotik yang menyebabkan masuknya air ke dalam lumen kolon. Bakteri kolon meragikan laktosa sehingga menghasilkan asam laktat dan asam lemak yang mengiritasi kolon. Akibatnya terjadinya peningkatan motilitas usus akibar iritasikolon dan iritasi hebat.
Dilakukan uji toleransi laktosa dilakukan dengan memberikan laktosa 50 g , kemudian kadar glukosa darah diukur . pada defisiesi laktosaa, kadar gula darah tidak dapat naik lebih dari 20 mg /100 ml dibandingkan dengan kadar gula darah puasa. Pengobatan dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi susu dan produk susu lainnya.

4.    Apendisitis
Apendisitis merupakan penyakit bedah yang paling banyak dialami oleh setiap usia, namun sering pada remaja dan dewasa muda.

·      Patofisiologis
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan didinding organ tersebut. Patogenesis utamanya disebabkan adanya obstruksi lumen akibat fekalit (feses keras akibat kekurangan serat).


·      Pengobatan
Setelah diagnosis apendisitis ditegakkan , maka pasien dipersiapkan untuk menjalani pembedahan dan apendiks segera dibuang.

5.    Peritonitis
Peradangan peritoneum biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari rongga abdomen misalnya apendisitis. Organisme yang sering menyerang yaitu Eschericia coli atau Bactericoides.
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong nanah di antara pelekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya. Bila yang menginfeksinya menyebar, akan menyebabkan peritonitis generalisata.
Dengan timbulnya peritonitis generalisata, aktivitas peristaltik berkurang, lalu usus merenggang cairan dan elektrolit akan hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, oliguria, dan syok.
Gejala yang muncul adalah demam, nyeri abdomen yang terus menerus, dan muntah. Pengobatannya dengan pemberian antibiotik, penggantian cairan dan elektrolit melalui intravena, dan tindakan menghilangkan nyeri.

6.    Obstruksi Usus
Gangguan aliran normal isi usus sepanjang jalur usus. Ada 2 jenis obstruksi usus : (1) Non-mekanis , peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang memengaruhi pengendalian otonom motilitas usus, (2) mekanis , terjadi obstruksi di dalam lumen usus karena tekanan ekstrinsik.
Gejalanya yaitu peregangan abdomen, nyeri, muntah, dan konstipasi. Pemeriksaan radiografi abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosis obstruksi usus. Obstruksi usus halus ditandai dengan adanya udara di dalam usus halus tetapi tidak terdapat di kolon.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan muntah dengan intubasi dan dekompresi.


2.4.                       Gangguan Pada Usus Besar

1.      Adenoma (polip adenomatosa)
adalah neoplasmam intraepitel yang bervariasi mulai dari lesi kecil bertangkai hingga tumor besar yang biasanya tidak bertangkai. Prevalensi adenoma kolon sekitar 20% sampai 30% sebelum usia 40tahun dan menjadi 40% sampai 50% setelah usia 60tahun. Pria dan wanita sama seringnya terkena. Telah dibuktikan nahwa adenoma sporadik mempunyhai predisposisi familial, sehinmgga anggota keluarga dekat/inti (firstdegree relatives) mengalami peningkatan empat kali lipat risiko terjangkit adenoma dan terdapat peningkatan empat kali lipat risiko karsinoma kolorektum.
Polip adenomatosa dibagi menjadi tiga subtipe berdasarkan arsitektur epitelnya.
1.      Adenoma tubulus; kelenjar tubulus.
2.      Adenoma vilosa; tonjolan vilosa.
3.      Adenoma tubulovilosa; campuran dari yang di atas.
Semua lesi adenomatosa terjadi akibat displasisa proliferatif epitel, yang berkisar dari displasia derajat-ringan sampai derajat-tinggi (karsinoma in situ). Selain itu, terdapat bukti kuat bahwa adenoma merupakan lesi prekusor bagi adenokarsinoma kolorektum invasif.
Gambaran klinis : Adenoma tubulus kolorektum dapat asimtomatik, tetapi banyak yang ditemukan sewaktu pemeriksaan untuk mncari penyebab anemia atau perdarahan samar. Adenoma vilosa jauh lebbih sering menimbulkan gejala dibanding pola lainnya, dan sering ditemukan karena perdarahan per rektum yang nyata. Meskipun jarang, adenoma vilosa dapat mengeluarkan sejumlah besar bahan mukoid kaya protein dan kalium sehingga terjadi hipoproteinemia da hipokalemia.
2.      Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus karena penyebab yang tidak diketahui, biasanya mengenai lapisan mukosa kolon, dapat ringan, kronis, atau akut (Yasmin Asih dkk, 1998).
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronis pada kolon yang berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Nizam Usman, 2006, hlm. 370):
·        Kolitis infeksi misalnya shigelosos, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena virus atau bakteri atau parasit lain.
·        Kolitis non-infeksi misalnya kolitis ulseratif, penyakit Chron’s, kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikrokoskopik, kolitis non-spesifik (sample colitis).
Data subjektif dan objektif:
Kolitis ulseratif : kram abdomen kolik, nyeri biasanya minimal, sering diare serta mengandung lendir, melena, dan pus.
Pengkajian diagnostik:
·        Pemeriksaan barium usus
·        Tindakan sigmoidoskopi atau kolonskopi
·        Biopsi
·        Pemeriksaan radiologi abdomen.
Kolitis ulseratif menyebabkan diare yang mengandung darah dan mukus. Penyebab infeksius harus disingkirkan pada awal timbulnya gejala kolitis.
Dua penyebab kolitis yang paling sering adalah Shigella dan Escherichia coli enterohemoragik.Kecuali E. Coli enterohemoragik, semua bakteri yang menyebabkan kolitis bersifat invasif, termasuk shigella, salmonella, campylobacter, dan yersinia.E.colienterohemoragik memang tidak bersifat invasif tetapi tidak menyebabkan kerusakan enterosit struktural dan menyerupai shigella dalam hal kemampuan memproduksi sitotoksin yang berhubungan.
3.      Konstipasi
Konstipasi merupakan keluhan yang sering dijumpai pada semua kelompok usia dan mencerminkan gangguan yang biasa pada fungsi usus yang regular. Masalah tinja yang keras dan jarang harus dibedakan dengan masalah yang lebih tidak meresahlcan berupa tinja normal tetapi jarang. Bayl yang sehat menunjukkan pola frekuensi buang air besar yang sa­ngat bervariasi, tergantung dari diet bayi dan tentunya diet ibu bila di­berikan air susu ibu.Konstipasi dapat menyertai kelainan yang lebih menyeluruh te­tapi jarang merupakan keluhan utama. Hipotiroidisme, hiperkalsemia idiopatik dan masalah neuromuskular masuk dalam kategori ini.
Konstipasi adalah kondisi sulit atau jarang untuk defekasi. Karena frekuensi berdefekasi berbeda pada setiap individu, definisi ini ber-sifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relatif jumlah buang air besar pada individu. Pada umumnya, pengeluaran defekasi kurang dari satu setiap 3 hari yang dianggap mengindikasikan konstipasi.
Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak (padat). Hal ini terjadi jika individu mengalami dehidrasi atau jika keinginan defekasi ditunda, yang memungkinkan lebih banyak air di feses yang diserap saat feses berada di usus besar.
4.      Diare Akut
Pendekatan umum
Sebagian besar diare aku (<48-72jam) disebabkan oleh infeksi atau keracunan makanan. Selain itu gejala diare akut juga bisa didapatkan pada kelainan usus lain (khususnya kolitis pseudomembranosa). Diagnosis bandingnya adalah:
·        Umum : keracunan makanan, kolitis; diare akibat toksin Clostridium difficile; kanker kolon.
·        Jarang : kolitis iskemik; perubahan divertikular; kelainan endokrin, misalnya hipertiroidisme, VIPoma.
Anamnesis
·        Riwayat bepergian, kontak, jajan/makan di restoran.
·        Riwayat seksual.
·        Diare akibat toksin Clostridium difficile biasanya terjadi 2 hari sampai satu bulan setelah penggunaan antibiotik spektrum luas (terutama sefalosporin) pada pasien manula yang lemah.

5.      Diare kronis
Secara umum sebagian besar diare karena infeksi sembuh dalam 2-3 minggu dan diare yang berlangsung lebih lama mem­butuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Diagnosis bandingnya ad.alah:
·        Sering: kolitis: penyakit seliaka: giardiasis: obat-obatan (misalnya inhibitor pompa proton),
·        Jarang: hipolakrasia: neoplasma kolon. misalnya adenoma vilosa; tirotoksikosis.
·        Sangat jarang: tumor endokrin (misalnya sindrom Zollinger­Ellison).
Gambaran klinis
Penting untuk  memastikan  apakah pasien mengalami diare yang sebenarnya dan bukan gangguan fungsi usus. Gambaran klinis spesifik yang menunjukkan adanya diare patologis adalah: diare noktural; penurunan berat badan; ulkus di mulut.
Anamnesis
Riwayat perjalanan penyakit bisa memberi petunjuk apakah kelainan teruuma berasal dari kolon, usus halus. atau pankreas.
·        Diare kolon: diare cair (watery) sering disertai darah dan lendir. Bisa disertai sulit menahan buang air besar.
·        Diare usus halus: bisa menunjukkan gambaran steatorea dan penurunan berat badan.
·        Insufisiensi eksokrin pankreas: gejala khasnya adalah steatorea dan penurunan berat badan. Selain itu pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada pankreas berupa nyeri epigastrik (sering menjalar ke punggung) yang berhubungan dengan intoleransi terhadap makanan berlemak.
6.      WASIR           
Penyakit wasir dapat timbul karen berbagai sebab. Tinja yang mengeras dan mengedan terlalu kuat untuk mengeluarkan tinja yang keras tersebut sering menyebabkan seorang penderita seseorang menderita wasir. Makanan pun bisa menyebabkan terjadinya wasir, seperti memakan makanan yang pedas dan mengandung alkohol. Ada beberapa kebiasaan penderita penyakit wasir yang bisa mengurangi atau menghambat aktivitas sehari-hari, seperti kebiasaan jongkok terlalu lama ketika buang air besar. Dengan mengetahui penyebab yang bisa mencetuskan terjadinya wasir.

2.9. Gangguan Pada Rektum dan Anus

1. Prolapsus Rektum: turunnya rektum melalui anus.
Prolapsus yang bersifat sementara dan hanya mengenai lapisan rektum (mukosa), sering terjadi pada bayi normal, mungkin karena bayi mengedan selama buang air besarnya dan jarang berakibat serius.
Pada orang dewasa, prolapsus lapisan rektum cenderung menetap dan bisa memburuk, sehingga lebih banyak bagian dari rektum yang turun.
Prosidensia adalah prolapsus rektum yang lengkap. Paling sering terjadi pada wanita di atas usia 60 tahun.
PENYEBAB
Prolapsus rektum seringkali berhubungan dengan berbagai keadaan berikut:
- Enterobiasis
- Trikuriasis
- Fibrosis kistik
- Malnutrisi dan malabsorbsi (misalnya penyakit seliak)
- Sembelit.
GEJALA
Prolapsus rektum menyebabkan rektum berpindah keluar, sehingga lapisan rektum terlihat seperti jari berwarna merah gelap dan lembab yang keluar dari anus.
DIAGNOSA
Untuk menentukan luasnya prolapsus, dilakukan pemeriksaan pada saat penderita berdiri atau jongkok dan mengedan. Melalui perabaan otot melingkar anus (otot sfingter ani) dengan menggunakan sarung tangan, sering ditemukan adanya penurunan dari tonus (ketegangan) otot. Melalui pemeriksaan sigmoidoskop dan barium enema usus besar, bisa ditemukan penyakit yang mendasarinya (misalnya adanya kelainan pada saraf dari otot sfingter ani).
PENGOBATAN
Pada bayi dan anak-anak, pelunak tinja akan mengurangi kebutuhan mengedan selama buang air besar.
Melilit bokong dengan tali pengikat diantara waktu buang air besar, biasanya membantu prolapsus sembuh dengan sendirinya.
Pada orang dewasa, diperlukan pembedahan untuk mengatasi masalah ini. Pembedahan sering menyembuhkan prosidensia.
Pada pembedahan perut, rektum diangkat, ditarik dan ditempelkan pada tulang ekor. Pada jenis pembedahan yang lainnya, sebagian dari rektum dibuang.
Untuk orang yang terlalu lemah untuk menjalani operasi karena usia lanjut atau kesehatan yang buruk, lingkaran dari kawat atau plastik dapat dimasukan mengelilingi otot sfingter ani, cara ini disebut prosedur Thiersch. (medicastore)
2.       Abses Anorektal : Ada nanah di anus & rektum
Abses Anorektal merupakan suatu pengumpulan nanah yang disebabkan masuknya bakteri ke ruangan di sekitar anus dan rektum.
PENYEBAB
Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum.
GEJALA
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri.
Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah sekitar anus dan rektum.
Dengan menggunakan sarung tangan, dapat dirasakan pembengkakan lembut di rektum, meskipun dari luar tidak tampak adanya pembengkakan.
PENGOBATAN
Antibiotik memiliki nilai terbatas kecuali pada penderita yang mengalami demam, kencing manis atau infeksi di bagian tubuh lainnya.
Biasanya, pengobatan terdiri dari suntikan dengan bius lokal, membuka abses dan mengeluarkan nanahnya.
Kadang-kadang, penderita dirawat dan mendapatkan pembiusan total sebelum dokter membuka dan mengeringkan abses. Setelah semua nanah dibuang, bisa terbentuk terowongan abnormal yang menuju ke kulit (fistula anorektal).
3.       Fissura Anus : Luka Bernanah Pada Lapisan Anus
PENYEBAB
Biasanya disebabkan oleh cedera karena buang air besar yang keras dan besar.
Fissura menyebabkan otot melingkar (sfingter) dari anus mengalami kejang dan hal ini akan menyulitkan penyembuhan.
GEJALA
Fissura menyebabkan nyeri dan perdarahan selama atau segera setelah buang air besar.
Rasa nyeri akan berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam dan kemudian menghilang sampai saat buang air besar berikutnya.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus.
PENGOBATAN
Bisa diberikan pelunak tinja atau psilium, yang bisa mengurangi cedera karena buang air besar yang keras.
Pelumas berupa suppositoria (obat yang dimasukkan ke dalam dubur) juga bisa diberikan

2.10. Gangguan pada Hati

MANIFESTASI PENYAKIT HATI
1.      Nyeri : Merupakan gejala penyakit hati yang jarang di jumpai dan ditemukan , hanya ditemukan pada keadaan tertentu seperti hepatitis akut dan gagal ventrikel kana bil terjadi pembesaran hati yang cepat.
2.      Perubahan Hati : Pada umumnya perubahan hati  terjadi secar difus,tetapi dapat terlokalisir jika disebabkan oleh lesi fokal seperti neoplasma atau abses
3.      Kelainan Uji Fungsi Hati : Terdeteksi dari pemeriksaan darah rutin merupakan metode umum untuk mengetahui adanya penyakit pasien.
4.      Ikterus(hiperbilirubinrmia) : Peningkatan kadar bilirubin plasma melebihi batas normal 0,8 mg/dl
Etiologi :
a.       Hemolisis : (peningkatan perusakan sel darah merah) hemolisis berlebihan mengakibatkan produksi billirbinmenngkat dan ikterus terjadi jika muatan kapasitas hati untuk konjugasi (biasanya menandakan hemolisis berat )
b.      Kelainan Hepatoseluler :
1.      Gangguan ambilan biliirubin dihati : Bilirubin tak terkonjugasi di dalam plasma dibawa ke sel hati oleh protein transport intra seluler.Tidak adanya protein ini berakibat kegagalan pengambilan bilirubin,menimbulkan hiperbilirubinemia yang tak terkonjugasi.Penyebab tersering adalah sindrom Gilbert yang diwariskan secra autosom dominan ditandai dengan  ikterus smentara.
2.      Kelainan konjugasi Bilirubin : Konjugasi bilirubin menjadi bilirubin glukoronid dilakukan oleh UDP-glukoronil tranferase.Kekurangan enzim ini menyebabkan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi.
a.       Neonatus (Ikterus neonatus/Fisiologi) : Ikterus ringan biasa timbul pada beberapa hari pertama setelah lahir dan terjadi akbibat imaturitas sistem enzime hati
b.      Sindrom Crigler-Najjar: sindrom ini merupakan penyakit autosom resesif yang sangat jarang terjadi dan ditandai denga tiak adanya enzime tersebut secara menyeluruh pada pasien homozigot.
c.       Sindrom Gilbert : Pada sindrom ini terjadi difensiasi parsial enzime glukoronil transfrase
d.      Obat
3.      Kerusakan Hepatoseluler : kerusakan hepatoseluler kronik atau akut akan menyebabkan iterus  bila pengurangan sel hati yang cukup banyak sehingga timbul kelaian metabilisme bilirubin
c.       Obstruksi atau gangguan Eksresi Bilirubin
1.      Gangguan Eksresi
2.      Obstruksi pada tingkat intrahepatik
3.      Obstruksi Ekstrahepatik
4.    Kegagalan Hepatoseluler
a.       Kegagalan Hati akut : paling sering disebabkan oleh nekrosis  masif sel ahti akibat virus,obat-obatan dan bahan kimia toksik tetapi juga dapat terjadi setealh perlemakan hati akut.
ditandai dengan
-          Ikterus
-          Hipoglikemia
-          Kecendrungan perdarahan
-          Gangguan elektrolit dan asam basa
-          Ensafalopati hepatik
-          Sindrome hepatorenal
-          Peningkatan kadar enzim serum
b.      Kegagalan Kronis : pada umumnya disebabkan oleh sirosis yang dihubungkan dengan nekrosis sel hati yang progrsif fibrosis dan regenerasi nodular
PENYAKIT HATI KONGINETAL
1.      Fibrosis Hati Konginetal : ditandai oleh fibrosis yang menghubungkan traktus porta yang berdekatan .Kelainan ini bukan sirosis yang terjadi sebab arsitektur dasar lobulus hati masih utuh dengan vena sentralis berada ditengah nodul yang dibatasi fibrosis.

LESI VASKULER HATI
1.      Kongesti Vena Hepatica Kronis : timbul pada gagal jantung kanan dan paing nyata pada pasien dengankatup trikuspidalis yang tidak kompeten dan kondusif
2.      Infrak Hati  : dapat terjadi apabila arteri hepatika secara mendadak mengalami oklusi di bawa pertemuan arteria gastroduedenal dan arteri gastrika kanan.
INFEKSI HATI
-          Hepatitis Virus :
1.      Hepatitis A : Disebakan oleh enterovirus RNA 27 mm yang telah diidentifikasi di dalam tinja pasien dan sukarelawan yang terinfeksi dan di dalam hati marmoset
2.      Hepatitis b : Disebakan oleh virus DNA
3.      Hepatitis C : Disebabkan oleh virus RNA –rantai tunggal
4.      Hepatitits Delta : virus RNA yng memunyai kapsul virus hepatitis B tetapi mempunyai ini antigen delta yang berbeda secara antigenik.
5.      Hapatitis  E
-          Sindrome Klinikopatologi
1.      Hepatitis Virus Akut : semua virus hepatitis bereplikaasi di dalam sel , menimbulkan kerusakan baik sebagai akibat lansung ataupun melalui respons immunologik terhadap sel yang mengandung antigen virus
2.      Hepatitis virus Kolestasis : Ditandai dengan kolestasis intra hepatik hebat,dengan ikterus berat,bilirubin di dalam urin dan tidak didapatkan nya urobilinogen di dalam urine dan tinja
3.      Hepatitis Virus Fulminan : ditandai oleh kegagalan hati akut yang terkait dengan nekrosis mesif sdan submasif sel hati
4.      Hepatitis Virus Persisten kronis : merupakan sindrome klinis yang lebih sering di temukan akibat invesi virus hepatiti b dan c
5.      Hepatitis Virus aktif Kronis : Disebabkan oleh Hepatitis virus B,C dan delta
INFEKSI BAKTERI PADA HATI
1.      Infeksi Nonsupurtif
Disebabkan oleh bakteremia yang terkait dengan semua infeksi bakteri  sistemik
2.      Abses Hati bPiogenik
Sebagian besar disebabkan oleh organisme piogenik
INFEKSI PRASIT PADA HATI
1.      Amebiasis Hati : Disebabkan oleh masuknya trofozit amuba ke dalam cabang terjadi vena porta pada submukosa kolon yang di bawa ke hati
2.      Skistosomiasis Hati : Komplikasi skistosomiasis intestinal
3.      Kista Hidatid : terjadi pada manusi akibat infeksi secara tidak disengaja oleh telur Echinococcus granulosus
4.      Kolangiohepatitits Oriental : Infeksi Ductus biliaris oleh Clonorchis sinensi
PENYAKIT HATI AKIBAT BAHAN TOKSIK DAN METABOLIK ; NEOPLASMA
1.      Penyakit Hati Alkholik
-          Perlemkan Hati
-          Hepatitis Alkoholik Akut
-          Penyakit Hati Alkoholik kronis
-          Sirosis alkoholik
2.      Penyakit hati yang terinduksi bahan kimia ataupun obat-obatan
-          Toksisitas yang dapat diperkirakan (Terkait-Dosis) : Bahan –bahan ini menyebabkan nekrosis sel hati pada semua individu pada suatu tingkatan dosis yang diperkirakan
-          Toksisits yang tak dapat Diperkirakan
a.       Nekrosis heptoseluler masif
b.      Kolestasis
c.       Hepatits Akur
d.      Perrlemakan
e.       Hepatotos kronis
f.        Hepatitis Granulomatosa
g.       Lessi masa
3.      Penyakit Nutrisi Pada Hati : Malnutrisi dihubunkan dengan perlemakan hti dan sirosis
4.      Penyakit Imunologik pada Hati :
-          Hepatitis Kronis Katif Auto Imun
-          Sirosis Biliar Primer
5.      Sirosis Hati
-          Sirosis Kriptogenik
-          Sirosis alkoholik
-          Sirosis alkoholik
-          Sirosis terinduksi-virusSirosis Biliar
6.      HEMIKROMATOSIS : diSebakan oleh muatan besi berlebihan dalam tubuh
-          HEMOKROMATOSIS IDIOPTIK : dengan pewarisan gen abnormal secara resesif autosom yang terletak pada kromosom 6
-          Hemakromatosis sekunder : peristiwa muatan besi berlebihan akibat penyebab yang diketahui
NEOPLASMA HATI
1.      Neoplasma Jinak
-          Hemangioma Kavernosa
-          Hepatis Poliosis
-          Adenoma Duktus Biliaris Skelerosan
-          Adenoma Sel Hati
-          Hiperplasia Nodular Fokal :
2.      Neoplasma Ganas :
Dapat timbul dari : - hepatosit
-          Duktulus biliaris intarhepatik
-          Elemen mesenkim seperti pembuluh darah
a.       Karsinoma Hepatoselular
Faktor-faktor yang terlibat : - Alfatoksin,infeksi virus hepatitid B dan C 
b.      Kolangiokarsinoma : timbul pada duktulus biliaris intrahepatik
c.       Neoplasma Vaskular Ganas
-          Angiosarkoma
-          Hemangioendatelioma Epiteloid
3.      Neoplasma Metastatik :
Dapat menimbulkan pembesaran hati
4.      Neoplasma Hati Pda aMasa Bayi :
-          Hemagngioendotelioma infatil aalah neoplasma sel endotel yang jinak yang ditandai dengan ruang-ruang vaskular yang bernastomosis
-          Hamartoma Mesenkim : kelainan ini bersifat jinak
-          http://dinkes.sumbarprov.go.id/foto_berita/50r7_pancreatitis.jpgHepatoblastoma : neoplasma yang gans yang disusun oleh sel-sel pimitif yang menyerupai  sel hati fetus

2.11. Gangguan Pada Pankreas dan Empedu

Kanker pankreas merupakan salah satu kanker yang mematikan.Kanker ini sering disebut penyakit 'diam' karena gejalanya tak terlihat pada tahap awal sampai kanker itu telah menyebar.Sebenarnya, kanker pankreas terjadi ketika sel-sel di pankreas mengembangkan mutasi pada DNA.Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh tak terkendali dan terus hidup setelah sel normal mati.Sel-sel ini dapat mengumpul membentuk tumor.
Kebanyakan kanker pankreas dimulai di sel-sel yang melapisi saluran pankreas.Kanker jenis ini disebut adenokarsinoma pankreas atau kanker pankreas eksokrin.Kanker dapat terbentuk dalam produksi hormon-sel pankreas.Kanker jenis ini disebut kanker sel islet atau kanker pankreas endokrin.
Ø  Faktor risiko
Meskipun penyebab kanker pankreas belum diketahui, merokok adalah faktor risiko utama, dengan perokok 2-3 kali, lebih mungkin untuk memiliki penyakit dibanding bukan perokok.Usia juga terkait dengan penyakit yang biasanya setelah usia 45. Diabetes juga berhubungan dengan kanker pankreas, dengan sekitar 10% -20% orang yang didiagnosis kanker memiliki diabetes. Risiko lainnya termasuk pankreatitis kronis dan sirosis hati.Dan riwayat keluarga kanker pankreas, diet lemak tinggi, obesitas, dan kurang olahraga juga bisa berperan.Dan ditemukan pada kanker pankreas adalah keturunan, tetapi predisposisi genetik menjelaskan hanya sebagian kecil dari kanker ini.Bila beberapa kasus kanker pankreas terdiagnosis dalam sebuah keluarga, maka memerlukan pemantauan dan skrining berkala. Faktor risiko lain yang diduga adalah konsumsi alkohol dan makanan yang kaya lemak hewani.
Ø  Gejala
Penemuan kanker pankreas sering tertunda karena gejalanya seperti penyakit lain. Masalah lain dari kanker pankreas adalah karena organ itu tersembunyi dan kanker biasanya tidak menimbulkan gejala apapun sampai tahap lanjut. Tanda yang paling jelas adalah penyakit kuning.Penyakit kuning ditandai dengan kulit yang berwarna kekuningan, urin gelap dan tinja pucat. Tanda lain dari kanker pankreas adalah nyeri perut yang memancar ke belakang, dan tidak hilang oleh obat analgesik konvensional. Kelelahan tanpa sebab, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan adalah tanda-tanda umum kanker yang tidak spesifik pada kanker pankreas.
Ø  Gangguan fungsional lain dari tumor pankreas
Gangguan fungsional lain dari tumor pankreas adalah muntah, masalah usus, intoleransi makanan, diare kronis, diabetes atau diabetes memburuk, ketidaknyamanan dan hipoglikemia, tukak lambung, flebitis, radang saluran empedu, pankreatitis (radang pankreas) akut
Ø  Diagnosis
Kanker pankreas biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat tes darah atau CT-scan untuk masalah berbeda.Letak pankreas yang dalam dan tersembunyi membuatnya tidak dapat diakses untuk pemeriksaan fisik seperti halnya kanker payudara atau kanker prostat.
Ø  Tes skrining darah
Kanker pankreas bisa ditandai oleh peningkatan “penanda tumor” pada darah (zat yang dihasilkan oleh sel-sel kanker): CA 19-9 pada kanker kelenjar eksokrin dan chromogranin A pada kanker kelenjar endokrin. Namun, metode skrining ini tidak selalu dapat diandalkan.Tanda-tanda tersebut bisa tetap stabil meskipun ada kanker. Sebaliknya, penyakit lain dapat menyebabkan peningkatan tinggi, seperti batu empedu atau pankreatitis. Akibatnya, dokter tidak hanya menggunakan tes darah untuk mendeteksi penyakit ini. Mereka melengkapi hasil tes darah dengan pemeriksaan medis lain.
Ø  Pencitraan perut
Tumor pankreas mungkin ditemukan selama USG atau CT-scan.USG dan CT-scan dapat memvisualisasikan tumor pankreas dan kemungkinan konsekuensinya, seperti kompresi saluran empedu.Jika ada kanker di kepala pankreas, saluran empedu dapat tertekan.Tes ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan keterlibatan organ, atau pembuluh getah bening di dekat pankreas.Hasil penyelidikan ini menentukan tahapan tumor.Pengujian tambahan dapat dilakukan, seperti endoskopi pankreas.Dilakukan dengan anestesi umum, tes ini mengamati saluran empedu dan pankreas dengan menyuntikkan agen kontras (radiopak).


Ø  Biopsi
Setiap hipotesis kanker harus dikonfirmasi dengan studi laboratorium sampel kecil (biopsi) jaringan pankreas yang diambil oleh dokter selama USG khusus, dilakukan di bawah anestesi umum dan disebut echo-endoskopi. Penelitian fungsi hormonal (hipoglikemia, diabetes, dll) juga akan sangat berguna. Kadang-kadang bedah eksplorasi pankreas diperlukan untuk menyimpulkan secara pasti kehadiran kanker pankreas.
http://estore.majalahkesehatan.com/wp-content/uploads/2010/10/keladi-tikus-herbal-insani.jpg
Rekomendasi:Kapsul Keladi Tikus terbuat 100% dari ekstrak keladi tikus (typonium flagelliforme) yang menghambat dan mematikan sel-sel kanker. Sejak tahun 1995, khasiat keladi tikus mulai dikenal luas oleh masyarakat dan membantu ribuan orang sembuh dari penyakit kanker.

Ø  Pengobatan
Terapi radiasi dan kemoterapi dapat dilakukan jika sel kanker belum menyebar dan menginfeksi organ lain, namun jika telah menyebar ke bagian lain seperti hati maka hal yang bisa dilakukan hanya kemoterapi saja. Opsi pembedahan atau operasi jarang diambil karena tidak bekerja secara maksimal dan cenderung mengundang resiko berbahaya lainnya bagi pasien.
Langkah pencegahan: hentikan kebiasaan merokok, Olahraga secara teratur, Perbanyak mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian.
a.       Gangguan pada empedu

Ø  Sekresi kolesterol; Pembentukan Batu Empedu
Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau kedua-duanya.Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur dari cairan empedu yang mengendap dan membentuk suatu material mirip batu di dalam kandung empedu atau saluran empedu.Komponen utama dari cairan empedu adalah bilirubin, garam empedu, fosfolipid dan kolesterol.Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu bisa berupa batu kolesterol, batu pigmen yaitu coklat atau pigmen hitam, atau batu campuran.

Lokasi batu empedu bisa bermacam – macam yakni di kandung empedu, duktus sistikus, duktus koledokus, ampula vateri, di dalam hati.Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati.Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk kesaluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang,duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter oddi.

Garam-garam empedu dibentuk darikolesterol di dalam sel-sel hepatik; dan pada proses sekresi garam-aram empedu sekitar 1 sampai 2 gr/hari kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu. Tidak diketahui adanya fungsi khusus kolesterol di dalam empedu dan dianggap bahwa kolesterol ii hanyalah produk samping dari pembentukan dan sekresi garam empedu.

Kolesterol hamper tidak larut di dalam air murni, tetapi garam empedu dan lesitin dalam empedu dapat berkombinasi secara fisik dengan kolesterol, untuk membentuk micelus ultra-mikroskopik yang larut. Jika empedu sudah dipekatkan di dalam kandung empedu, garam-garam empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama dengan kolesterol, yang membuat kolesterol tetap dalam bentuk larutan.

Pada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah (1) terlalu banyak absorpsi air dari empedu, (2) terlalu banyak absorpsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, (3) terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu, dan (4) peradangan epitel kandung empedu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyfP23mmajT72P0LqrtZoJlmNnZPQp72VxLa_Rc5c63xXuofVQ8Y62-mkT6SGaxztpl5joDGpMpr9PjbJdLZ6y9Q-nowBmRuBfAg-Zx11SzGgDrU3_COpffsFVYWk76IrVCD0mcIpFBA/s640/Untitled-2.jpg

Ø  DIAGNOSA BATU EMPEDU
a.      ANAMNESIS
Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simptomatis, pasien biasanya datang dengan keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium atau nyeri/kolik pada perut kanan atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang beberapa jam. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.Kadang pasien dengan mata dan tubuh menjadi kuning, badan gatal-gatal, kencing berwarna seperti teh, tinja berwarna seperti dempul dan penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, scapula, atau kepuncak bahu, disertai mual dan muntah.Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida.Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.

b.      PEMERIKSAAN FISIK
Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar.
c.       PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium.Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi serangan akut.
Ø  PATOFISIOLOGI
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang mengandung 20-50% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung <20% kolesterol.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu.Factor motilitas kandung empedu dan biliary stasis merupakan predisposisi pembentukan batu campuran.

a.      PATOFISIOLOGI BATU KOLESTEROL
Tiga hal yang memudahkan terjadinya batu kolesterol di kandung empedu yaitu supersaturasi kolesterol, pembetukan inti kolesterol dan disfungsi kandung empedu.
 Supersaturasi kolesterol
Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam empedu, 22% fosfolipid (terutama lesitin), 4% kolesterol, 3% protein, dan 0,3% bilirubin.18 Terbentuknya batu empedu tergantung dari keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu, akan membuat kondisi di dalam kandung empedu jenuh akan kolesterol (supersaturasi kolesterol). Kolesterol disintesis dihati dan diekskresikan dalam bentuk garam empedu.Dengan meningkatnya sintesis dan sekresi kolesterol, resiko terbentuknya empedu juga meningkat.Penurunan berat badan yang terlalu cepat (karena hati mensintesis kolesterol lebih banyak), maka esterogen dan kontrasepsi (menurunkan sintesis garam empedu) menyebabkan supersaturasi kolesterol.
Pembentukan inti kolesterol
Nampaknya faktor pembentukan inti kolesterol mempunyai peran lebih besar dalam proses pembentukan dibandingkan faktor supersaturasi. Kolesterol baru dapat dimetabolisme di dalam usus dalam bentuk terlarut air.Dan empedu memainkan peran tersebut.Kolesterol diangkut dalam bentuk misel dan vesikel.Misel merupakan agregat yang berisi fosfolipid (terutama lesitin), garam empedu dan kolesterol. Apabila saturasi kolesterol lebih tinggi, maka akan diangkut dalam bentuk vesikel. Vesikel ibarat sebuah lingkaran dua lapis. Apabila kosentrasi kolesterol sangat banyak, dan supaya kolesterol dapat terangkut, maka vesikel akan memperbanyak lapisan lingkarannya, sehingga disebut sebagai vesikel berlapis-lapis (vesicles multilamellar). Pada akhirnya, di dalam kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel dan vesikel, akan bergabung menjadi vesikel multilapis. Vesikel ini dengan adanya protein musin akan membentuk Kristal kolesterol. Kristal kolesterol yang terfragmentasi pada akhirnya akan di lem (disatukan) oleh protein empedu membentuk batu kolesterol.
Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan kontraksi dan kerusakan dinding kandung empedu, memudahkan seseorang menderita batu empedu. Kontraksi kandung empedu yang melemah akan menyebabkan stasis empedu. Stasis empedu akan membuat musin yang di produksi di kandung empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin kental dan semakin pekat sehingga semakin menyulitkan proses pengosongan cairan empedu. Bila daya kontraksi kandung empedu menurun dan di dalam kandung empedu tersebut sudah ada Kristal, maka Kristal tersebut tidak akan dapat dibuang keluar ke duodenum. Beberapa kondisi yang dapat menganggu daya kontraksi kandung empedu, yaitu hipomotilitas, parenteral total (menyebabkan aliran empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medulla spinalis dan diabetes melitus.

Ø  Terapi medis untuk melarutkan batu empedu
Batu empedu kolesterol berukuran kecil pada banyak penderita dapat dilarutkan dalam waktu 1 sampai 2 tahun dengan cara member penderita 1-1,5 gram asam kenodeoksikolik setiap hari. Asam ini adalah salah satu asam empedu yang disekresi secara alami, dan pemberian asam dari luar sangat menambah timbunan asam empedu enterohepatik. Keadaan ini menimbulkan larutnya dan reabsorpsi batu empedu dengan cara sebagai berikut: (1) peningkatan jumlah asam empedu akan meningkatkan volume empedu yang dibentuk dan karena itu, akan mengurangi konsentrasi kolesterol dalam empedu. (2) peningkatan jumlah asam empedu di dalam empedu membuat kolesterol yang ada menjadi lebih mudah larut. (3) pemberian asam empedu dari luar akan mengurangi  pembentukan asam empedu oleh hati, yang pada saat bersamaan akan mengurangi pembentukan kolesterol.

BAB III

PENUTUP

3.1.          Kesimpulan

Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ mulut, esofagus, usus halus, usus besar, rektum, anus, bahkan hati, pankreas dan empedu.
Penyakit pencernaan bervariasi dari penyakit ringan hingga berat yang dapat menyebabkan kematian. Namun, walaupun terkadang terasa ringan penyakit pada sistem pencernaan ini dapatmengakibatkan dampak yang berat bahkan fatal apabila dibiarkan tanpa penanganan yang dapatdan intensif.Sebagian penyakit dari sistem pencernaan dapat dijadikan ciri atau dampak dari penyakitlain sebagai penyakit permulaan atau sampingan. Tentu saja hal ini tidak dapat diremehkan bagitu saja mulai dari penyebab maupun cara pencegahannya.

3.2.          Saran

Kita harus lebih mengenali dan mengetahui macam-macam penyakit pencernaan mulai dari penyebab hingga penanganan dan terapi yang tepat. Serta menjaga pola makan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.









Daftar Pustaka


A.Sylvia, Price. 2003. Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 1997. FisiologiKedokteran. Ed.9 – Jakarta : EGC
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Faunci, Kasper. 1994. Harisson’s Principles Of Internal Medicine 13/E. Terjemahan: Asdie, H. Ahmad. 1995. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol I.E/13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price,Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses -  Proses Penyakit Vulome 1, Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Taylor, Chandrasoma. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. 2005. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://www.totalkesehatananda.com/pankreas4.html  (diakses tanggal 2 April 2014)
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 1997. FisiologiKedokteran. Ed.9 – Jakarta : EGC
Sumber gambar http://nisaunnuruluyun.blogspot.com/2013/06/kmb.html  (diakses tanggal 6 April 2014)
http://pencernaan-medis.blogspot.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar