Jumat, 27 Februari 2015

Antihipertensi

ANTIHIPERTENSI
FARMAKOLOGI


Disusun Oleh :
Mitra Yuni Ratnasari (04121003029)
Dosen Pembimbing : dr. Debby H Harahap



Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Tahun Ajaran 2013-2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian paling sering di dunia.Hampir satu miliar orang di dunia berisiko terkena kegagalan jantung, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan akibat hipertensi.Hipertensi terjadi ketika volume darah meningkat dan/atau saluran darah menyempit, sehingga membuat jantung memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi kepada setiap sel di dalam tubuh.Tekanan darah diukur berdasarkan tekanannya terhadap dinding pembuluh darah (yang besarannya dinyatakan dalam mmHg).Jika tekanan darah melebihi tingkat yang normal, maka resiko kerusakan bisa terjadi pada organ organ vital di dalam tubuh seperti jantung, ginjal, otak, dan mata.Hal ini meningkatkan resiko kejadian yang bisa berakibat fatal seperti serangan jantung dan stroke.
Hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan sering kali berbeda-beda pada tiap individu.Penanganan hipertensi sendiri lebih ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.Dengan pengobatan atau pengontrolan tekanan darah, maka berbagai komplikasi yang dapat dipicu oleh hipertensi dapat dicegah.Salah satu macam obat yang digunakan untuk mengatasi dan mengendalikan hipertensi adalah angiotensin receptro blocker (ARB).
Angiotensin receptor blocker (ARB) merupakan salah satu obat antihipertensi yang bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II berikatan dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan menyebabkan vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan mengurangi sekresi aldosteron. Ketiga efek ini secara bersama-sama akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Mengingat pentingnya manfaat ARB terhadap hipertensi, maka pada makalah ini akan dipaparkan semua hal yang berkenaan dengan hipertensi dan ARB sebagai salah satu obat untuk menanggulanginya.






1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
2.      Bagaimana Klasifikasi dari Hipertensi ?
3.      Bagaimana Pengertian dan Cara Kerja macam obat Angiotensin Receptor Blocker (ARB) “Valsartan” dan “Irbesartan” ?
4.      Bagaimana Penggunaan Angiotensin-Receptor Blocker Valsartan dan Irbesartan ?

1.3 Tujuan
1.  Memahami apa itu Hipertensi
2.  Mengetahui klasifikasi dari Hipertensi
3.  Mengetahui Definisi dan Cara Kerja obatAngiotensin Receptor Blocker (ARB) Valsartan dan Irbesartan
4.  Mengetahui kegunaan ARB Valsartan dan Irbesartan





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang ditandai peningkatan tekanan darah secara kronis.Tekanan darah yang abnormal sebenarnya sulit, karena hubungan antara tekanan arteri sistemik dan derajat morbiditas lebih bersifat kualitatif dibanding kuantitatif.Level tekanan darah haruslah disetujui untuk evaluasi dan terapi pasien dengan hipertensi.Mengingat risiko berbagai penyakit dapat meningkat akibat hipertensi yang berlangsung terus-menerus, maka perlu adanya sistem klasifikasi yang esensial untuk dijadikan dasar diagnosis dan terapi hipertensi.
Berdasarkan rekomendasi Seventh Report of the Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII).Klasifikasi tekanan darah pada tabel dimaksudkan setiap tekanan yang terukur (tekanan rata-rata) pada dua kali atau lebih pengukuran, dalam posisi duduk.
Keadaan prehipertensi tidak dimasukkan ke dalam kategori penyakit, namun perlu diingat bahwa keadaan tersebut berisiko tinggi untuk berkembang ke tahap hipertensi.Dengan demikian, bila ditemukan pasien dengan prehipertensi, maka perlu segera dicari faktor risikonya dan sedapat-dapatnya faktor risiko tersebut dimodifikasi. Klasifikasi menurut JNC VII tidak menggolongkan derajat hipertensi berdasarkan faktor risiko atau kerusakan organ target, namun JNC VII lebih menekankan bahwa setiap pasien dengan hipertensi (baik derajat 1 maupun 2) perlu diterapi, disamping modifikasi gaya hidup.1
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Pada pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.8-10

Angiotensin Receptor Blocker (ARB) merupakan kelompok obat yang memodulasi sistem RAS dengan cara menginhibisi ikatan angiotensin II dengan reseptornya, yaitu pada reseptor AT1 secara spesifik. Semua kelompok ARB memiliki afinitas yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat dibanding angiotensin II dalam berikatan dengan reseptor AT1. Akibat penghambatan ini, maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor AT1, yang secara langsung memberikan efek vasodilatasi, penurunan vasopressin, dan penurunan aldosteron, selain itu, penghambatan tersebut juga berefek pada penurunan retensi air dan Na dan penurunan aktivitas seluler yang merugikan (misalnya hipertrofi). Sedangkan Angiotensin II yang terakumulasi akan bekerja di reseptor AT2 dengan efek berupa vasodilatasi, antiproliferasi. Sehingga pada akhirnya rangsangan reseptor AT2 akan bekerja sinergistik dengan efek hambatan pada reseptor AT1.20


2.2 Macam-macam Angiotensin-Receptor Blocker
Berbagai obat yang termasuk ke dalam golongan ARB telah banyak dipublikasikan dan dipasarkan. Beberapa obat ARB yang ada, antara lain:

A.    Valsartan
Valsartan merupakan prototipe ARB dan keberadaannya cukup mewakili seluruh ARB.Valsartan bekerja pada reseptor AT1 secara selektif, sehingga diindikasikan untuk mengatasi hipertensi. Valsartan memiliki rumus kimia C24H29N5O3 dengan berat molekul 435,519 g/mol. Bioavailabilitas valsartan adalah sebesar 25% dengan 95% terikat protein. Waktu paruh valsartan adalah 6 jam, dan kemudian diekskresikan 30% melalui ginjal dan 70% melalui bilier.
Valsartan terdapat dalam kemasan tablet 40 mg, 80 mg, 160 mg, dan 320 mg, menyesuaikan rentang dosis harian yang direkomendasikan, yaitu 40 320 mg per hari. Nama dagang valsartan, antara lain diovan dan valtan. Pada tahun 2005, diovan telah digunakan lebih dari 12 juta orang di Amerika Serikat saja.Studi yang dipublikasikan oleh Journal of Clinical Investigation menunjukkan adanya efek pencegahan dan pengobatan terhadap alzheimer, meskipun hal itu masih sebatas penelitian. Obat ini dapat menurun efektivitasnya hingga 40% bila diberikan bersama makanan.22-24


B.     Irbesartan
Irbesartan digunakan terutama untuk menangani hipertensi. Irbesarta dikembangkan pertama kali melalui riset Sanofi, dan kemudian dipasarkan oleh sanovi-aventis dan Bristol-Myers Squibb dengan nama dagang Aprovel, Karvea, dan Avapro. Irbesartan memiliki rumus kimia C25H28N6O dengan berat molekul 428,53 g/mol. Bioavailabilitas irbesartan adalah sebesar 60% hingga 80%. Waktu paruh irbesartan adalah 11-15 jam, dan kemudian diekskresikan 20% melalui ginjal dan sisanya melalui feses.
Selain sebagai antihipertensi, irbesartan juga mampu menghambat progresivitas nefropati diabetik, mikroalbuminuria, atau proteinuria pada penderita diabetes melitus.Irbesartan juga terdapat dalam formula kombinasi dengan diuretik tiazid dosis rendah, yang ditujukan untuk meningkatkan efek antihipertensinya. Kombinasi ini tersedia dalam berbagai nama dagang, seperti CoAprovel, Karvezide, Avalide, dan Avapro HCT. 29

2.3 Penggunaan Angiotensin-Receptor Blocker

Golongan sartan atau ARB digunakan untuk menangani pasien dengan hipertensi, terutama terhadap pasien yang intoleransi dengan terapi ACE inhibitor. Keunggulan ARB dibanding ACE inhibitor adalah ARB tidak menghambat penguraian bradikinin dan kinin lain, sehingga tidak menimbulkan batuk atau angioedem yang dipicu bradikinin. Akhir-akhir ini, mulai dikembangkan penggunaan ARB pada gagal jantung bila terapi menggunakan ACE inhibitor menemui kegagalan, terutama dengan Candesartan.Irbesartan dan losartan juga menunjukkan keuntungan pada pasien hipertensi dengan diabetes tipe II, dan terbukti menghambat secara bermakna progresivitas nefropati diabetik.Candesartan juga telah diuji coba secara klinis dalam mencegah dan mengatasi migrain.
Spesifikasi penggunaan ARB berdasarkan efektivitasnya dalam menghambat ikatan angiotensin II dan reseptornya dapat dijadikan sebagai ukuran untuk mempertimbangkan golongan mana yang dapat dipilih. Terdapat 3 parameter penggunaan ARB, yaitu menurut efek inhibisi dalam 24 jam, tingkat afinitasnya terhadap reseptor AT1 dibanding AT2, dan waktu paruh obat.

a. Efek inhibisi selama 24 jam merupakan ukuran penting terkait dengan jumlah atau besar angiotensin II yang dihambat selama 24 jam. Berdasarkan FDA USA, beberapa ARB dan efek penghambatan terhadap angiotensin, yaitu:
Valsartan 80 mg 30%
Irbesartan 150 mg 40%
Irbesartan 300 mg 60%

b. Afinitas ARB terhadap reseptor AT1 dibanding AT2 merupakan pertimbangan penting, karena kedua reseptor ini memiliki kerja yang saling berlawanan. Semakin kuat afinitas ARB terhadap AT1 dibanding AT2, maka efek antihipertensi juga akan semakin meningkat. Berdasarkan FDA US, beberapa ARB dan afinitasnya terhadap reseptor AT1 dibanding AT2, yaitu:
Valsartan 20000 kali
Irbesartan 8500 kali

c. Waktu paruh ARB juga penting dipertimbangkan sebagai dasar terapi. Waktu paruh merupakan indikator seberapa lama obat memiliki efek yang signifikan di dalam tubuh. Beberapa ARB dan waktu paruhnya, yaitu:
Valsartan 6 jam
Irbesartan 11-15 jam

Angiotensin II receptor blockers (ARBs) adalah obat-obat yang menghalangi aksi dari angiotensin II dengan mencegah angiotensin II mengikat pada reseptor-reseptor angiotensin II pada pembuluh-pembuluh darah.Sebagai akibatnya, pembuluh-pembuluh darah membesar (melebar) dan tekanan darah berkurang.
Contoh-contoh dari obat-obat ARB termasuk:
losartan (Cozaar),
irbesartan (Avapro),
valsartan (Diovan),
candesartan (Atacand),
olmesartan (Benicar),
telmisartan (Micardis), dan
eprosartan (Teveten).




BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
            Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang ditandai peningkatan tekanan darah secara kronis.Hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.Varsartan dan Irbesartan merupakan dua dari macam Angiotensin-Receptor Blocker.(1) Valsartan merupakan prototipe ARB dan keberadaannya cukup mewakili seluruh ARB. Valsartan bekerja pada reseptor AT1 secara selektif, sehingga diindikasikan untuk mengatasi hipertensi. (2) Irbesartan selain sebagai antihipertensi, irbesartan juga mampu menghambat progresivitas nefropati diabetik, mikroalbuminuria, atau proteinuria pada penderita diabetes melitus.Golongan sartan atau ARB digunakan untuk menangani pasien dengan hipertensi, terutama terhadap pasien yang intoleransi dengan terapi ACE inhibitor.

3.2     Saran
          Pembaca atau dokter maupun paramedic dapat lebih bijak memberikan solusi untuk mengkonsumsi obat antihipertensi golongan sartan, dua diantaranya Valsartan dan Irbesartan.Gunakanlah obat antihipertensi sesuai dengan derajat hipertensinya, dan berhati-hati dengan efek penyakit komplikasi yang diidap selain hipertensi ketika mengkonsumsi obat-obat antihipertensi.














DAFTAR PUSTAKA



1 komentar:

  1. Playamo Slot | DrmCD
    Playamo Slot at DrmCD! Play 경기도 출장샵 all the best 경주 출장안마 casino slots, table games and more 서울특별 출장마사지 at DrmCD! Including 포천 출장샵 progressives and RTP! | DrmD. 안동 출장안마

    BalasHapus