ILMU
GIZI
Diet
Gizi Lebih
Disusun
Oleh :
Intan
Gandini (04121003013)
Mitra
Yuni Ratnasari (04121003029)
Sri
Rizki (04121003047)
Dosen
Pembimbing : Fatmalina Febry, SKM.,M.Si
Program
Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya
Tahun
Ajaran 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Diet Gizi Lebih”.
Makalah ini disusun untuk
menjelaskan tentang Diet yang baik untuk penderita gizi lebih, serta diajukan
demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi Semester Genap.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Palembang, Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
A.
Halaman
judul........................................................................................................ .1
B.
Kata pengantar....................................................................................................... 2
C.
Daftar
isi................................................................................................................ .3
D.
BAB
I Pendahuluan.............................................................................................. .4
1.1
Latar
belakang........................................................................................................ .4
1.2
Rumusan masalah................................................................................................... .4
1.3
Tujuan.................................................................................................................... .5
E.
BAB
II Tinjauan
Pustaka...................................................................................... .6
2.1 Definisi dan Penyebab Obesitas…….................................................................... .6
2.1.1 Faktor genetik…………………………...................................................... .6
2.1.2 Faktor
Lingkungan...................................………………………………... .6
F. BAB III Pembahasan ..................................…………………………………… .9
Prevalensi
Obesitas.............................................................................................. .9
Penatalaksanaan................................................................................................... 11
Pencegahan........................................................................................................... 11
Prinsip diet gizi
lebih............................................................................................ 11
Ketentuan
diet..................................................................................................... 13
Makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi............................................... 13
G.
Penutup................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 14
3.2 Saran....................................................................................................................... 14
G. Daftar pustaka........................................................................................................ 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dewasa ini sudah banyak sekali
makanan yang dikonsumsi masyarakat tanpa mempertimbangkan nilai gizi yang ada.
Termasuk para orang tua yang sekarang kurang memperhatikan makanan yang
dikonsumsi untuk anaknya. Anak-anak dengan bebas mengkonsumsi makanan yang
mereka anggap sedap di mulut. Mereka tidak tau bahaya apa yang ada dalam
makanan yang mereka konsumsi. Para orang tua juga jarang sekali memperhatikan
makanan yang di konsumsi anak mereka. Sehingga banyak timbul permasalahan
kesehatan pada anak-anak. Salah satu permasalahan tersebut adalah kelebihan
gizi yaitu obesitas dan overweight. Mereka berfikir bahwa anak yang sehat
adalah anak yang gemuk. Padahal mereka sedang dalam masalah besar, karena
sebenarnya anak-anak itu tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
Obesitas tidak mengenal umur.
Obesitas dapat menghampiri segala usia termasuk anak-anak yang seharusnya masih
dalam masa pertumbuhan. Masa-masa pertumbuhan pada anak-anak adalah masa emas,
dimana orang tua harus benar-benar memperhatikan asupan gizi yang masuk dalam
tubuh anak-anak. Tidak banyak yang tau jika obesitas dapat mengakibatkan hal
yang fatal, seperti penyakit degeneratif yang dapat mengakibatkan kematian jika
tidak ditangani dengan serius. Diet termasuk salah satu cara untuk mencegah
atau bahkan mengatasi obesitas namun dengan jangka panjang dan rutin. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang diet kelebihan gizi.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu obesitas ?
2. Apa saja penyebab obesitas ?
3. Pada usia berapa saja dapat terjadi obesitas ?
4. Bagaimana cara diet kelebihan gizi yang baik ?
5. Makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan
untuk penderita obesitas ?
1.3
TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian obesitas
2. Menjelaskan apa penyebab obesitas
3. Menerangkan umur yang dapat menderita obesitas
4. Menjelaskan cara diet kelebihan gizi yang baik
5. Memaparkan makan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi
penderita obesitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
dan Penyebab Obesitas
Obesitas adalah peningkatan lemak
tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif,
sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,
sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada
bayi (Nugraha, 2009).
2.1.1 Faktor genetik
Parental fatness merupakan
faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya
menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi
40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Mustofa,
2010).
2.1.2 Faktor
lingkungan
A. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas
fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada
anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan
dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha,
2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena
kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa,
2010).
B.
Gaya hidup
Kecenderungan
anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi seperti
hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie
dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).
C.
Sosial ekonomi
Perubahan
pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan
pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
(Syarif, 2003).
D.
Nutrisi
Peranan
faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak
anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi
kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).
Terjadinya
obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy
intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh
tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha,
2009).
Makanan
merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi
energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat,
protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen
dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein
tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh
memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009).
Faktor-faktor
yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah
kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan,
kebiasaan makan (Nugraha, 2009).
Regulasi
dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak)
dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak
yang berperan dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna,
liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009) Otak akan menerima
sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk
menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi sistem saraf dan
hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal yang
diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama
makan, absorpsi serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu
yang secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan
adalah zat lemak (Nugraha, 2009)
Sinyal
neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran
cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi
asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide,
oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi
asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan
melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun menurunkan yaitu
norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin. Diantaranya histamin, apabila
sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan meningkat (Nugraha, 2009).
Peptida
lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi meskipun juga
dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor
leptin di otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan
peptide agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang
makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan
keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).
Orang
gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin
dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan
lemak (Barness dan Curran, 1999).
BAB
III
PEMBAHASAN
Prevalensi
Obesitas
Obesitas telah menjadi pandemi
global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World HealthOrganization (WHO)
sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa (Soegih, 2009).Pada
tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua
didunia setelah merokok (Mustofa, 2010).Obesitas kini bukan lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi
telah merambah ke negara-negara berkembang (Arisman, 2010).
Di Amerika Serikat lebih dari 50%
orang dewasa menderita berat badan lebih dan obesitas (Soegih, 2009).
Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9% (Melnik
et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia
6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri et al, 1990 dalam Arisman
2010).
Prevalensi nasional anak usia
sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5% sedangkan prevalensi nasional
anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan adalah 6,4%. Sebanyak 16
provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas
prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Maluku Utara.
Sedangkan prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi normal
sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jaa Timur,
Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua
(Riskesdas, 2007)
Di Indonesia khususnya di Jakarta,
prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar 16,1% (Droomers et al,
1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004) pada 6318 orang pengunjung
suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 sampai
dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan 40,65% wanita mengalami
obesitas (Nugraha, 2009).
Penelitian epidemiologi yang
dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara pada tahun 1982,
didapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%, di daerah Kayu Putih, Jakarta
Pusat, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1% dimana pada
laki-laki sebesar 10,9% dan pada perempuan sebesar 24,1%. Pada penelitian
epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan 48,6%, pada
tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan berat badan
lebih dan obes (Sugondo, 2007)
Bappenas (2004), mengemukakan bahwa
dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul
mengalami obesitas.
Hasil penelitian Ariani dan
Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota Medan, menunjukkan 17,75%
siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.
Diagnosis obesitas
pada anak
Untuk menentukan obesitas pada anak
diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri, pada umumnya
digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan
dengan standar. Disebutobesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan disebut
overweight bila BB antara 110-120% (Taitz, 1991 dalam Hidayati et al,
2006)
b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk
memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan
berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat badan dibagi tinggi badan kwadrat
(dalam kilogram per meter persegi). Dikatakan obesitas bila BB/TB2>
persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight
jika IMT ≥ persentile 85 (Barness dan Curran, 1999).
Kategori IMT berdasarkan
umur dan jenis kelamin menurut United State Department of Health and Human
Service Tahun 2000, adalah :
Tabel 2.1.
Kategori IMT menurut umur dan jenis kelamin
Kategori status gizi
|
IMT
|
Gizi kurang
Gizi normal
Gizi lebih
Obesitas
|
< 5
persentile
5-84 persentile
85-94 persentile
95 persentile
|
Sumber :United
State Department of Health and Human Service Tahun 2000
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold
thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK
Triceps > persentil ke 85 (Suandi, 2010)
Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan yang
pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya
(Soetjiningsih, 1995).
Mengingat penyebab obesitas bersifat
multifaktor, maka penatalaksanaan obesitasseharusnya dilaksanakan secara
multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas.
Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta
meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan peningkatan
aktivitas fisik(Syarif, 2003).
a. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak
obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended Dietary Allowance(RDA),
hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Syarif,
2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan
ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit
penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan
kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan
yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very
lowcalorie diet) (Kiess et al, 2004).
Dalam pengaturan diet ini perlu
diperhatikan tentang
• Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan
pertumbuhan normal
• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak
20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta
kolesterol < 300 mg per hari (Syarif, 2003)
b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik
mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang diberikan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan
umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan
keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan
untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003).
c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
Orang tua menyediakan diet yang
seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru
dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan
aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al., 2004 dalam Hidayati et al,
2006)
Pencegahan
Pencegahan obesitas pada saat remaja
penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas pada masa bayi
tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling
sedikit sampai 4-6 bulan
b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan
c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan
pertumbuhan bayi
d. Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam
sebulan (menggunakan KMS)
e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan
anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan faktor pencegahan obesitas
(Suandi, 2010)
Prinsip diet gizi
lebih
Prinsip
diit untuk penderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumdi energi yang lebih
rendah daripada keluaran (output). Pendekatan harus dilakukan melalui
pengurangan konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik
secara teratur tiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil
guna daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar secara teratur.
Untuk
memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan
syarat-syarat berikut:
1. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan
disesuaikan dengan kebutuhan individual yang bergantung pada umur, tingkat
kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan energi terutama dari pengurangan konsumsi
hidrat arang.
2. Protein normal atau sedikit di atas normal.
3. Cukup mineral dan vitamin.
4. Kadar serat tinggi.
5. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X
sehari.
6. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan,
diberikan pilihan makanan sebanyak mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.
7. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada
anak dan orang tua.
Ketentuan diet
1. Bayi ≤ 1 Tahun
Sebagian besar bayi gemuk akan
kehilangan kelebihan berat badannya secara spontan. Oleh karena itu, tidak diperlukan diit
ketat. Berikan penyuluhan tentang prinsip makanan yang sesuai untuk normal.
Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan, tetapi mencegah penambahan berat
badan berlebihan.
2. Anak Prasekolah
(1-6 Tahun)
Pada anak berumur 1-2 tahun, tujuan
diit adalah mencegah penambahan berat badan. Karena anak pada usia ini cepat
bertambah tinggi, maka dengan mengusahakan berat badannya tetap melalui
pembatasan diit secara moderat, dalam waktu 6 sampai dengan 12 bulan ia akan
keluar dari kegemukannya. Diit yang mengandung 600-800 kkal pada umumnya
dianggap cukup untuk mengatasi kegemukan pada golongan anak prasekolah
ini.
3. Anak Berusia ≥ 7 Tahun
3. Anak Berusia ≥ 7 Tahun
Kandunga energi makanan diturunkan
secara berangsur sesuai dengan kebiasaan makan, hingga 500-1000 kkal di bawah
kebutuhan normal. Pada kegemukan biasa, kandungan energi makanan yang diberikan
sama dengan kebutuhan untuk metabolisme basal menurut umur, jenis kelamin, dan
berat badan sesungguhnya. Pada obesitas, dasar perhitungan energi adalah berat
adan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diit yang mengandung 800-1000 kkal
sehari akan mengakibatkan penurunan berat badan yang diharapkan .
Makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi
Semua
bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan. Untuk
memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan dalam jumlah lebih
banyak.
Makanan
yang mengandung energi tinggi, yaitu makanan yang manis seperti gula, sirup,
jam, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman
botol ringan, es krim, kue-kue manis, cake, tarcis dan sebagainya ; serta
makanan yang berlemak seperti goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan
kelapa atau santan, daging berlemak, dan kacang tanah.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Obesitas adalah peningkatan lemak
tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif,
sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,
sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Faktor genetik dan faktor lingkungan
dapat mempengaruhi obesitas. Faktor-faktor tersebut ialah faktor yang dibawa
atau faktor keturunan. Jika seorang anak lahir dari orang tua atau keturunan
yang obesitas, maka anak tersebut akan beresiko obesitas pula jika tidak dijaga
dengan baik asupan gizinya. Faktor lainnya seperti faktor aktivitas fisik, gaya
hidup, sosial ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap berat badan seorang
anak.
Pentingnya diet gizi lebih dilakukan
sejak dini sebelum anak-anak terjebak oleh berat badan yang lebih besar lagi
sehingga dapat beresiko terkena penyakit degeneratif. Makanan-makanan seperti
sayur dan buah harus dibiasakan sejak kecil, dan kurangi makanan yang
mengandung energi lebih seperti gula, goreng-gorengan atau makanan yang
mengandung terlalu banyak lemak.
Saran
Lakukan
diet gizi lebih secara rutin dan teratur. Usahakan anak-anak mendapat asupan
gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan. Awasi makanan dan jajanan yang dikonsumsi
anak. Serta biasakan anak-anak mendapat asupan buah dan sayur sejak dini.
Ajarkan cara hidup sehat dan beri pengetahuan anak-anak tentang makanan yang
mereka konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia.
Gibney,Michael J et al.2008.Gizi
Kesehatan Masyarakat.Jakarta;EGC
Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo
dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia.2003.Penuntun Diit Anak.Jakarta;PT Gramedia
Pustaka Utama
Makalah ilmu gizi, Universitas
Sumatera Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar