Jumat, 27 Februari 2015

Gizi Lebih


ILMU GIZI
Diet Gizi Lebih


Disusun Oleh :
Intan Gandini (04121003013)
Mitra Yuni Ratnasari (04121003029)
Sri Rizki (04121003047)
Dosen Pembimbing : Fatmalina Febry, SKM.,M.Si


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Tahun Ajaran 2013-2014


KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Diet Gizi Lebih”.
            Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Diet yang baik untuk penderita gizi lebih, serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi Semester Genap.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang,   Mei 2014 


                                                                                                                                                                                                                                                                        Penulis









DAFTAR ISI

A.            Halaman judul........................................................................................................    .1
B.            Kata pengantar.......................................................................................................    2
C.            Daftar isi................................................................................................................    .3
D.            BAB I Pendahuluan..............................................................................................      .4
1.1         Latar belakang........................................................................................................   .4
1.2         Rumusan masalah...................................................................................................    .4
1.3         Tujuan....................................................................................................................    .5
E.             BAB II Tinjauan Pustaka......................................................................................      .6
2.1     Definisi dan Penyebab Obesitas……....................................................................      .6
2.1.1           Faktor genetik…………………………......................................................    .6
2.1.2           Faktor Lingkungan...................................………………………………...      .6
F.      BAB III Pembahasan ..................................……………………………………      .9
          Prevalensi Obesitas..............................................................................................      .9
          Penatalaksanaan...................................................................................................      11
          Pencegahan...........................................................................................................     11
          Prinsip diet gizi lebih............................................................................................       11
          Ketentuan diet.....................................................................................................       13
          Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi...............................................         13
G. Penutup...................................................................................................................     14
3.1  Kesimpulan.............................................................................................................     14
3.2  Saran.......................................................................................................................    14
  G.  Daftar pustaka........................................................................................................ 15










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
            Dewasa ini sudah banyak sekali makanan yang dikonsumsi masyarakat tanpa mempertimbangkan nilai gizi yang ada. Termasuk para orang tua yang sekarang kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi untuk anaknya. Anak-anak dengan bebas mengkonsumsi makanan yang mereka anggap sedap di mulut. Mereka tidak tau bahaya apa yang ada dalam makanan yang mereka konsumsi. Para orang tua juga jarang sekali memperhatikan makanan yang di konsumsi anak mereka. Sehingga banyak timbul permasalahan kesehatan pada anak-anak. Salah satu permasalahan tersebut adalah kelebihan gizi yaitu obesitas dan overweight. Mereka berfikir bahwa anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Padahal mereka sedang dalam masalah besar, karena sebenarnya anak-anak itu tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
            Obesitas tidak mengenal umur. Obesitas dapat menghampiri segala usia termasuk anak-anak yang seharusnya masih dalam masa pertumbuhan. Masa-masa pertumbuhan pada anak-anak adalah masa emas, dimana orang tua harus benar-benar memperhatikan asupan gizi yang masuk dalam tubuh anak-anak. Tidak banyak yang tau jika obesitas dapat mengakibatkan hal yang fatal, seperti penyakit degeneratif yang dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan serius. Diet termasuk salah satu cara untuk mencegah atau bahkan mengatasi obesitas namun dengan jangka panjang dan rutin. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang diet kelebihan gizi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
            1. Apa itu obesitas ?
            2. Apa saja penyebab obesitas ?
            3. Pada usia berapa saja dapat terjadi obesitas ?
            4. Bagaimana cara diet kelebihan gizi yang baik ?
            5. Makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan untuk penderita obesitas ?

1.3 TUJUAN
            1. Mendeskripsikan pengertian obesitas
            2. Menjelaskan apa penyebab obesitas
            3. Menerangkan umur yang dapat menderita obesitas
            4. Menjelaskan cara diet kelebihan gizi yang baik
            5. Memaparkan makan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi penderita obesitas














                                                                                                                                






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas
            Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Nugraha, 2009).

2.1.1 Faktor genetik

            Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Mustofa, 2010).

2.1.2 Faktor lingkungan
            A. Aktivitas Fisik
            Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010).

            B. Gaya hidup
            Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).

            C. Sosial ekonomi
            Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003).

            D. Nutrisi
            Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).
            Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha, 2009).
            Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009).
            Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009).
            Regulasi dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak) dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009) Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi sistem saraf dan hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal yang diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, absorpsi serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan adalah zat lemak (Nugraha, 2009)
            Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide, oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin. Diantaranya histamin, apabila sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan meningkat (Nugraha, 2009).
            Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi meskipun juga dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).
            Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan lemak (Barness dan Curran, 1999).















BAB III
PEMBAHASAN

Prevalensi Obesitas
            Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World HealthOrganization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa (Soegih, 2009).Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokok (Mustofa, 2010).Obesitas kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang (Arisman, 2010).
            Di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa menderita berat badan lebih dan obesitas (Soegih, 2009). Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9% (Melnik et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri et al, 1990 dalam Arisman 2010).
            Prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5% sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan adalah 6,4%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Maluku Utara. Sedangkan prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi normal sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jaa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua (Riskesdas, 2007)
            Di Indonesia khususnya di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar 16,1% (Droomers et al, 1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004) pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 sampai dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan 40,65% wanita mengalami obesitas (Nugraha, 2009).
            Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara pada tahun 1982, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%, di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1% dimana pada laki-laki sebesar 10,9% dan pada perempuan sebesar 24,1%. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan 48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan berat badan lebih dan obes (Sugondo, 2007)
            Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas.
            Hasil penelitian Ariani dan Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota Medan, menunjukkan 17,75% siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.

Diagnosis obesitas pada anak
            Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri, pada umumnya digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar. Disebutobesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan disebut overweight bila BB antara 110-120% (Taitz, 1991 dalam Hidayati et al, 2006)
b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat badan dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram per meter persegi). Dikatakan obesitas bila BB/TB2> persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight jika IMT ≥ persentile 85 (Barness dan Curran, 1999).

Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah :
Tabel 2.1. Kategori IMT menurut umur dan jenis kelamin
Kategori status gizi
IMT
Gizi kurang
Gizi normal
Gizi lebih
Obesitas
< 5 persentile
5-84 persentile
85-94 persentile
95 persentile

Sumber :United State Department of Health and Human Service Tahun 2000

c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85 (Suandi, 2010)

Penatalaksanaan
            Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya (Soetjiningsih, 1995).
            Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitasseharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik(Syarif, 2003).
a. Pengaturan diet
            Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended Dietary Allowance(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very lowcalorie diet) (Kiess et al, 2004).
            Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
• Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal
• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari (Syarif, 2003)

b. Pengaturan aktivitas fisik
            Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003).

c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
            Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al., 2004 dalam Hidayati et al, 2006)
Pencegahan
            Pencegahan obesitas pada saat remaja penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas pada masa bayi tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling sedikit sampai 4-6 bulan
b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan
c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi
d. Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS)
e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan faktor pencegahan obesitas (Suandi, 2010)

Prinsip diet gizi lebih
            Prinsip diit untuk penderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumdi energi yang lebih rendah daripada keluaran (output). Pendekatan harus dilakukan melalui pengurangan konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur tiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil guna daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar secara teratur.
            Untuk memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:
1. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan disesuaikan dengan kebutuhan individual yang bergantung pada umur, tingkat kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan energi terutama dari pengurangan konsumsi hidrat arang.
2. Protein normal atau sedikit di atas normal.
3. Cukup mineral dan vitamin.
4. Kadar serat tinggi.
5. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X sehari.
6. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan, diberikan pilihan makanan sebanyak mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.
7. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orang tua.

Ketentuan diet
1. Bayi ≤ 1 Tahun
Sebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan berat badannya secara spontan. Oleh karena itu, tidak diperlukan diit ketat. Berikan penyuluhan tentang prinsip makanan yang sesuai untuk normal. Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan, tetapi mencegah penambahan berat badan berlebihan.
2. Anak Prasekolah (1-6 Tahun)
Pada anak berumur 1-2 tahun, tujuan diit adalah mencegah penambahan berat badan. Karena anak pada usia ini cepat bertambah tinggi, maka dengan mengusahakan berat badannya tetap melalui pembatasan diit secara moderat, dalam waktu 6 sampai dengan 12 bulan ia akan keluar dari kegemukannya. Diit yang mengandung 600-800 kkal pada umumnya dianggap cukup untuk mengatasi kegemukan pada golongan anak prasekolah ini.
3. Anak Berusia ≥ 7 Tahun
Kandunga energi makanan diturunkan secara berangsur sesuai dengan kebiasaan makan, hingga 500-1000 kkal di bawah kebutuhan normal. Pada kegemukan biasa, kandungan energi makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan untuk metabolisme basal menurut umur, jenis kelamin, dan berat badan sesungguhnya. Pada obesitas, dasar perhitungan energi adalah berat adan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diit yang mengandung 800-1000 kkal sehari akan mengakibatkan penurunan berat badan yang diharapkan . 

Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi
            Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan. Untuk memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan dalam jumlah lebih banyak.
            Makanan yang mengandung energi tinggi, yaitu makanan yang manis seperti gula, sirup, jam, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, cake, tarcis dan sebagainya ; serta makanan yang berlemak seperti goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan kelapa atau santan, daging berlemak, dan kacang tanah.


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
            Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
            Faktor genetik dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi obesitas. Faktor-faktor tersebut ialah faktor yang dibawa atau faktor keturunan. Jika seorang anak lahir dari orang tua atau keturunan yang obesitas, maka anak tersebut akan beresiko obesitas pula jika tidak dijaga dengan baik asupan gizinya. Faktor lainnya seperti faktor aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap berat badan seorang anak.
            Pentingnya diet gizi lebih dilakukan sejak dini sebelum anak-anak terjebak oleh berat badan yang lebih besar lagi sehingga dapat beresiko terkena penyakit degeneratif. Makanan-makanan seperti sayur dan buah harus dibiasakan sejak kecil, dan kurangi makanan yang mengandung energi lebih seperti gula, goreng-gorengan atau makanan yang mengandung terlalu banyak lemak.

Saran
            Lakukan diet gizi lebih secara rutin dan teratur. Usahakan anak-anak mendapat asupan gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan. Awasi makanan dan jajanan yang dikonsumsi anak. Serta biasakan anak-anak mendapat asupan buah dan sayur sejak dini. Ajarkan cara hidup sehat dan beri pengetahuan anak-anak tentang makanan yang mereka konsumsi.



DAFTAR PUSTAKA

            Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia.
            Gibney,Michael J et al.2008.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta;EGC
            Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia.2003.Penuntun Diit Anak.Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama

            Makalah ilmu gizi, Universitas Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar