ILMU
FILSAFAT
AKSIOLOGI
DALAM KEPERAWATAN
Disusun
Oleh :
Mitra
Yuni Ratnasari
NIM
: 04121003029
Dosen
Pengasuh : Arie Kusumaningrum
S.Kep.M.Kep.Sp.Kep.An
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Aksiologi dalam Keperawatan”.
Makalah
ini disusun untuk menjelaskan tentang Cabang ilmu filsafat agar dapat
diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Filsafat semester ganjil.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Palembang, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
..................................................................................................................... 2
Daftar
Isi
............................................................................................................................... 3
BAB
I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
................................................................................................................ 4
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penulisan
............................................................................................................. 6
1.4
Manfaat Penulisan……………………………………………………………………... 6
BAB
II : PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Aksiologi....................................................................................................... 7
2.2
Kategori Dasar Aksiologi................................................................................................ 8
2.3
Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu Keperawatan....................................................... 10
2.4
Sudut Pandang Ilmu Keperawatan dalam Landasan Aksiologi...................................... 10
BAB
III : PENUTUP
3.1
Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
3.2
Saran
............................................................................................................................... 11
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak terlepas dari peran ilmu.
Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan
seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap itu kita
menyebut dalam konteks ini sebagai priodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak
dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Kemajuan
ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak terputus
satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi unsur penting
bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Satu hal yang tak sulit
untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia modern telah
disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi, sektor ekonomi,
politik, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan
transportasi, pendidikan, seni, kesehatan, dan lain-lain, semuanya
membututuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Satu
hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini
dapat kita temukan secara relatif lebih mudah pada bidang-bidang sosial, yaitu
bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekontruksi dan peruntuhan
terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan
pandangan-pandangan baru dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal
inilah penyebutan “potmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsafat menjadi
diskursus yang akan cukup banyak ditemukan.
Semua
kemajuan tersebut adalah buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang tak
pernah surut dari pengkajian manusia. Pengetahuan berawal dari rasa ingin tahu
kemudian seterusnya berkembang menjadi tahu. Manusia mampu mengembangkan
pengetahuan disebabkan oleh dua hal utama; yakni, pertama manusia mempunyai
bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut
suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Pengetahuan
(knowlodge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden manusia, karena
pengetahuan adalah buah dari “berfikir”. Berfikir (atau natiqiyyah) adalah
sebagai differentia (atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,
yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan “barangkali” keunggulannya
dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini
tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin
diketahui oleh manusia? Bagaimana manusia berpengetahuan? Apa yang ia lakukan
dan dengan apa agar memiliki pengetahuan? Kemudian apakah yang diketahui itu
benar? Dan apa yang menjadi tolak ukur kebenaran? Bagaimana kebenaran itu
diaplikasikan?
Sederetan
pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan ini
sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita.
Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu, maka
akan ada aturan yang harus diperhatiakan dalam mengkajinya melalui
landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu, yaitu landasan ontologi, landasan
epistemologi, dan landasan aksiologi. Dengan demikian dapat memberikan
pemahaman tentang suatu kerangka pendekatan pencarian kebenaran, proses yang
ditempuh dalam pencarian kebenaran tersebut dan sejauhmana kebenaran itu dapat
dikatakan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Ketiga
landasan tersebut juga mendasari perkembangan ilmu dalam dunia keperawatan.
Namun, untuk kesempatan kali ini, kita hanya akan membahas satu dari tiga
landasan tersebut yaitu “Landasan Aksiologi dalam Keperawatan”
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Aksiologi ?
2. Apa saja kategori dasar Aksiologi ?
3. Apa hubungan filsafat ilmu dengan ilmu
keperawatan ?
4. Bagaimana sudut pandang ilmu keperawatan dalam
landasan Aksiologi ?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Aksiologi
2. Menjelaskan kategori dasar Aksiologi
3. Menjelaskan hubungan filsafat ilmu dengan ilmu
keperawatan
4. Menjelaskan sudut pandangan ilmu keperawatan
dalam landasan Aksiologi
D.
Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui Pengertian Aksiologi
2. Agar pembaca mengetahui kategori dasar
aksiologi.
3. Agar pembaca memahami hubungan filsafat ilmu
dengan ilmu keperawatan
4. Agar pembaca mengetahui sudut pandang ilmu
keperawatan dalam landasan Aksiologi
BAB
II
Pembahasan
2.1
Pengertian Aksiologi
Istilah
aksiologi dalam bahasa Inggris adalah axiology. Berasal dari kata
Yunani axios (layak, pantas), dan logos (ilmu, studi
mengenai). Dalam filsafat pembicaraan aksiologi dilakukan untuk mengetahui
batas arti, tipe, kriteria dan status epistemologis dari nilai-nilai.
Atas dasar
itu, pembicaraan tentang aksiologi, juga menyangkut pembahasan segala sesuatu
yang bernilai dan siapa yang menentukan bahwa sesuatu itu bernilai. Sudah
tentu, dalam filsafat ilmu, yang dimaksudkan sebagai sesuatu adalah ilmu.
Artinya ilmu itulah yang akan dibicarakan nilai-nilainya. Senada dengan hal itu
aksiologi juga berarti ajaran tentang nilai dan sistem nilai dalam ilmu
filsafat. Dan bisa juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai.
Aksiologi
meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan.
Berbicara
mengenai nilai, dapat kita
jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang.
Bukanlah itu semua mengandung penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya
berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai.
Teori nilai kaitannya dengan
aksiologi, dapat kita bagi menjadi dua yaitu nilai etika dan nilai estetika.
Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik atau
buruk, bermoral atau tidak bermoral sedangkan nilai estetika adalah kajian
filsafat yang bertalian dengan keindahan dan kejelekan.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1.
Moral conduct, yaitu
tindakan moral, Bidang ini melahirkan keindahan.
2.
Estetic expression,
yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
3.
Socio-political life,
yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dalam Encyclopedia of
philosophy dijelaskan aksiologi disamakan denagn value and valuation :
1.
Nilai digunakan
sebagai benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik
dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2.
Nilai sebagai benda konkret. Contohnya ketika
kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3.
Nilai juga di pakai
sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi
aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai
yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
2.2 Kategori dasar Aksiologi
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
1.
Objectivism,
yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
2.
Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana
dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional
beraliran obyectivis sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif
beraliran subyektivis
1.
Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa
sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat
nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu
eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi
karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai
eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan
validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia.
Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif,
ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras
dengan preskripsi moralnya.
2.
Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah
percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia.
Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa
seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu
benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan
sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau
peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan
perilakunya.
3.
Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan
manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya.
Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai,
diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku
manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan
nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya
bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.
4.
Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya
menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang
bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan
ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak
bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting
dari tindakan manusia.
2.3 Hubungan
Filsafat Ilmu dan Ilmu Keperawatan
Falsafah
keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis
daripada metoda empiris.
Falsafah
keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat
diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal
ini pengetahuan keperawatan, sehingga falsafah keperawatan adalah keyakinan
dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis
manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada
respons mereka terhadap situasi.
2.4 Sudut
pandangan ilmu keperawatan dalam landasan Aksiologi
Secara
aksiologi,keperawatan yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
yang memiliki andil besar dari masyrakat,jika dulu orientasi keperawatan adalah
pada individuyang sakit , kini orientasi meluas hingga individu yang sehat.
Dalam hal ini keperawatan selalu berupaya untuk menggembangkan diri kearah
professional .Wujud penggembangan ilmu keperawatan mencakup dua hal penting
,yakni bidang pendidikan dan latihan serta bidang praktik keperwatan.
Penggembangan
ilmu keperawatan dalam bidang pendidikan diwujudkan melalui pendidikan
berkelanjutan serta pendidikan dan latihan khusus di bidang praktik
keperawatan. Pengembangan ilmu keperawatan bidang pendidikan dilakukan melalui
upaya peningkatan kualitas layana keperawatan yang dilandasi keilmuan serta sikap professional yang dilandasi oleh kaidah
etik proesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku. Ini karena
keperawatan tidak hanya sekedar ilmu tapi juga praktik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Melihat pada aspek pemikiran yang cepat dan tepat, filsafat ilmu sangatlah
perlu dikuasai oleh seorang perawat. Karena sangat tidak menutup kemungkinan
seorang perawat dalam menjalankan tugasnya menghadapi persoalan-persoalan bagai
dilema yang sangat sulit dipecahkan. Oleh karena itu perawat haruslah mampu
menguasai filsafat ilmu itu sendiri untuk menunjang dalam kecepatan dan
ketepatan berfikir dan bertindak.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan.
3.2 Saran
Sebagai seorang
perawat kita haruslah memiliki dan memahami serta menerapkan prinsip daripada
Filsafat Ilmu, dengan menerapkannya maka kita mampu menyelesaikan masalah
dengan pemikiran-pemikiran yang tepat, baik dan cermat.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008.Konsep
Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC
Kusmardana,Yani. 2011. Aksiologi
Filsafat Ilmu.http://yaniskusmardanaspd.blogspot.com/2011/10/makalah-aksiologi-filsafat-ilmu.html
Windy. 2011. Aksiologio
Filsafat Ilmu. http://windyntumuwe.blogspot.com/2011/10/makalah-aksiologi-filsafat-ilmu.html
Khaidar.2011.Konsep
Ontologi, epistemologi. http://khaidar212.blogspot.com/2011/12/konsep-ontologi-epistemology-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar