Sabtu, 10 Agustus 2013

AKSIOLOGI DALAM KEPERAWATAN


ILMU FILSAFAT
AKSIOLOGI DALAM KEPERAWATAN



Disusun Oleh :
Mitra Yuni Ratnasari
NIM : 04121003029
Dosen Pengasuh : Arie Kusumaningrum S.Kep.M.Kep.Sp.Kep.An



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN
                                                        2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Aksiologi dalam Keperawatan”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Cabang ilmu filsafat agar dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Filsafat semester ganjil.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang,   Juli 2013 


                                                                                                                             Penulis








DAFTAR ISI

Kata Pengantar  .....................................................................................................................              2
Daftar Isi ...............................................................................................................................             3
BAB I  : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................              4
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................             5
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................             6
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………………...                     6
BAB II             : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aksiologi.......................................................................................................               7
2.2 Kategori Dasar Aksiologi................................................................................................               8
2.3 Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu Keperawatan.......................................................                10
2.4 Sudut Pandang Ilmu Keperawatan dalam Landasan Aksiologi......................................                 10
BAB III : PENUTUP   
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................             11
3.2 Saran ...............................................................................................................................             11
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………         12






BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak terlepas dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai priodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Satu hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi, sektor ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni, kesehatan, dan lain-lain, semuanya membututuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini dapat kita temukan secara relatif lebih mudah pada bidang-bidang sosial, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekontruksi dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah penyebutan “potmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsafat menjadi diskursus yang akan cukup banyak ditemukan.
Semua kemajuan tersebut adalah buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang tak pernah surut dari pengkajian manusia. Pengetahuan berawal dari rasa ingin tahu kemudian seterusnya berkembang menjadi tahu. Manusia mampu mengembangkan pengetahuan disebabkan oleh dua hal utama; yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Pengetahuan (knowlodge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berfikir”. Berfikir (atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia (atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan “barangkali” keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia? Bagaimana manusia berpengetahuan? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetahuan? Kemudian apakah yang diketahui itu benar? Dan apa yang menjadi tolak ukur kebenaran? Bagaimana kebenaran itu diaplikasikan?
Sederetan pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu, maka akan ada aturan yang harus diperhatiakan dalam mengkajinya melalui landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu, yaitu landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan aksiologi. Dengan demikian dapat memberikan pemahaman tentang suatu kerangka pendekatan pencarian kebenaran, proses yang ditempuh dalam pencarian kebenaran tersebut dan sejauhmana kebenaran itu dapat dikatakan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Ketiga landasan tersebut juga mendasari perkembangan ilmu dalam dunia keperawatan. Namun, untuk kesempatan kali ini, kita hanya akan membahas satu dari tiga landasan tersebut yaitu “Landasan Aksiologi dalam Keperawatan”

B.      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Aksiologi ?
2.      Apa saja kategori dasar Aksiologi ?
3.      Apa hubungan filsafat ilmu dengan ilmu keperawatan ?
4.      Bagaimana sudut pandang ilmu keperawatan dalam landasan Aksiologi ?
C.      Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian Aksiologi
2.      Menjelaskan kategori dasar Aksiologi
3.      Menjelaskan hubungan filsafat ilmu dengan ilmu keperawatan
4.      Menjelaskan sudut pandangan ilmu keperawatan dalam landasan Aksiologi

D.     Manfaat
1.      Agar pembaca mengetahui Pengertian Aksiologi
2.      Agar pembaca mengetahui kategori dasar aksiologi.
3.      Agar pembaca memahami hubungan filsafat ilmu dengan ilmu keperawatan
4.      Agar pembaca mengetahui sudut pandang ilmu keperawatan dalam landasan Aksiologi














BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Aksiologi
Istilah aksiologi dalam bahasa Inggris adalah axiology. Berasal dari kata Yunani axios (layak, pantas), dan logos (ilmu, studi mengenai). Dalam filsafat pembicaraan aksiologi dilakukan untuk mengetahui batas arti, tipe, kriteria dan status epistemologis dari nilai-nilai.
Atas dasar itu, pembicaraan tentang aksiologi, juga menyangkut pembahasan segala sesuatu yang bernilai dan siapa yang menentukan bahwa sesuatu itu bernilai. Sudah tentu, dalam filsafat ilmu, yang dimaksudkan sebagai sesuatu adalah ilmu. Artinya ilmu itulah yang akan dibicarakan nilai-nilainya. Senada dengan hal itu aksiologi juga berarti ajaran tentang nilai dan sistem nilai dalam ilmu filsafat. Dan bisa juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai.
Aksiologi meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan.
Berbicara mengenai nilai, dapat kita jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Bukanlah itu semua mengandung penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai.
Teori nilai kaitannya dengan aksiologi, dapat kita bagi menjadi dua yaitu nilai etika dan nilai estetika. Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral sedangkan nilai estetika adalah kajian filsafat yang bertalian dengan keindahan dan kejelekan.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1.      Moral conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan keindahan.
2.      Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
3.      Socio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan denagn value and valuation :
1.      Nilai digunakan sebagai benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2.       Nilai sebagai benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3.      Nilai juga di pakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.

2.2  Kategori dasar Aksiologi
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
1.              Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
2.              Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis
1.      Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
2.      Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
3.      Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.
4.      Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia

2.3  Hubungan Filsafat Ilmu dan Ilmu Keperawatan
Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Falsafah keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.

2.4  Sudut pandangan ilmu keperawatan dalam landasan Aksiologi
Secara aksiologi,keperawatan yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang memiliki andil besar dari masyrakat,jika dulu orientasi keperawatan adalah pada individuyang sakit , kini orientasi meluas hingga individu yang sehat. Dalam hal ini keperawatan selalu berupaya untuk menggembangkan diri kearah professional .Wujud penggembangan ilmu keperawatan mencakup dua hal penting ,yakni bidang pendidikan dan latihan serta bidang praktik keperwatan.
Penggembangan ilmu keperawatan dalam bidang pendidikan diwujudkan melalui pendidikan berkelanjutan serta pendidikan dan latihan khusus di bidang praktik keperawatan. Pengembangan ilmu keperawatan bidang pendidikan dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas layana keperawatan yang dilandasi keilmuan serta  sikap professional yang dilandasi oleh kaidah etik proesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku. Ini karena keperawatan tidak hanya sekedar ilmu tapi juga praktik.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Melihat pada aspek pemikiran yang cepat dan tepat, filsafat ilmu sangatlah perlu dikuasai oleh seorang perawat. Karena sangat tidak menutup kemungkinan seorang perawat dalam menjalankan tugasnya menghadapi persoalan-persoalan bagai dilema yang sangat sulit dipecahkan. Oleh karena itu perawat haruslah mampu menguasai filsafat ilmu itu sendiri untuk menunjang dalam kecepatan dan ketepatan berfikir dan bertindak.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
3.2  Saran
Sebagai seorang perawat kita haruslah memiliki dan memahami serta menerapkan prinsip daripada Filsafat Ilmu, dengan menerapkannya maka kita mampu menyelesaikan masalah dengan pemikiran-pemikiran yang tepat, baik dan cermat.









DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC
Khaidar.2011.Konsep Ontologi, epistemologi. http://khaidar212.blogspot.com/2011/12/konsep-ontologi-epistemology-dan.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar